Paragon Hackathon diselenggarakan pada 13 Juni–21 Agustus 2022. Kompetisi pemrograman ini mempertandingkan pengembangan perangkat lunak.
Luminous merupakan gagasan yang dilahirkan karena adanya tren 10 step skincare yang sedang marak di kalangan wanita Indonesia. Produk ini dapat digunakan untuk semua kalangan, tetapi target utama mereka adalah perempuan pelajar, mahasiswa, dan yang sedang bekerja.
“Perawatan kulit merupakan hal yang sangat penting dilakukan untuk wanita dari umur remaja sampai dewasa. Namun, dengan padatnya aktivitas dan juga waktu yang terbatas, banyak wanita merasa tidak sempat untuk menggunakan skincare secara rutin," kata Celine diutip dari laman itb.ac.id, Kamis, 1 September 2022.
Selain itu, banyak wanita Indonesia merasa kesulitan memilih skincare yang tepat. Bahkan, banyak juga yang mengalami ketidakcocokan pada skincare yang telah digunakan sehingga dapat merusak kulit wajah.
Dia menjelaskan Luminous merupakan 4 in beauty device yang dapat mengeluarkan 4 jenis skincare secara bertahap, yakni toner, essence, serum, dan moisturizer. Sebelum menggunakan Luminous, pengguna dianjurkan mendeteksi kondisi kulit dengan AI yang terdapat pada aplikasi Luminous.
“Hasil dari analisis tipe dan kondisi kulit ini akan membantu pengguna mendapatkan rekomendasi skincare yang sesuai dengan profil wajahnya. Skincare yang digunakan dapat dipastikan kecocokan dan kompatibilitasnya, serta pengguna juga dapat melihat progress hasil penggunaan skincare yang digunakan pada fitur Skin Diary,” jelas dia.
Sejak tahap pertama, yaitu pengajuan ide proyek bergulir, terdapat 144 tim yang berpartisipasi. Sebanyak 10 tim terbaik akhirnya berkompetisi di babak final.
Naqi menuturkan di babak final mereka mengikuti beberapa agenda, yakni Meet Up Day, Training Session, Mentoring Day, Hack Day, Demo Day, dan Awarding Night dalam kurun waktu satu minggu.
“Saat Mentoring Day, kami diberi kesempatan untuk berdiskusi dengan mentor yang sudah mumpuni di bidang produk dan software development. Saat Hack Day, kami dan tim finalis lainnya melakukan realisasi produk yang telah diinisiasi. Selain itu, kami membuat PPT untuk pitching serta video TVC. Saat Demo Day, kami mempresentasikan hasil kerja kami secara langsung kepada juri selama 15 menit,” papar Naqi.
Ini adalah kali pertama ketiganya mengikuti hackathon. Saat H-1 pendaftaran akan ditutup, mereka baru mendaftarkan diri.
Meskipun masih minim persiapan, Tim Upside Down langsung menggodok ide bersama dan melakukan riset mengenai masalah yang akan diangkat. Dalam kurun waktu 32 jam, mereka berhasil menciptakan aplikasi menggunakan JavaScript.
“Berkompetisi, apa pun jenis lombanya akan menambah pengalaman sekaligus bisa mencicipi learning by doing. Akan ada banyak pengalaman dan pengetahuan baru yang didapat. Untuk hasilnya adalah bonus, yang utama kita sudah semaksimal mungkin untuk mengerjakan lombanya,” tutur Celine.
Baca juga: Keren! Mahasiswa ITB Sabet 2 Medali Emas di Ajang Skate Asia 2022 |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id