Ilustrasi santri. Foto: Antara/Rahmad
Ilustrasi santri. Foto: Antara/Rahmad

Pesantren Siasati Transisi Kenormalan Baru Lewat Belajar Daring

Muhammad Syahrul Ramadhan • 11 Juni 2020 20:29
Jakarta: Ketua Rabithah Ma'ahid Islamiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (RMI-PBNU) Abdul Ghaffar menyarankan pesantren memasukkan para santrinya secara bertahap sebagai transisi menuju penerapan masa kenormalan baru. Guna menyiasatinya, pesantren harus mencoba untuk membuka sistem pembelajaran daring.
 
Ghaffar mengatakan, bagi pesantren yang memiliki sekitar dua ribu santri mungkin tak butuh waktu lama untuk mengembalikan para santrinya ke pondok secara bertahap. Masalah akan timbul manakala satu pondok pesantren memiliki lima hingga sepuluh ribu santri.
 
"Butuh berbulan-bulan, tentu dibutuhkan sistem pembelajaran jarak jauh yang bisa melayani santri yang di rumah," kata Ghaffar dalam Rakornas Kesiapan Pesantren dan Satuan Pendidikan Keagamaan Berbasis Asrama dalam Penerapan New Normal, Kamis, 11 Juni 2020.

Ghaffar mengatakan, perlu ada upaya untuk menghadirkan pembelajaran digital bagi para santri. Bila mengacu protokol kesehatan pencegahan virus korona (covid-19), kata dia, tidak memungkinkan mengembalikan santri ke pondok secara serentak.
 
Menurut Ghaffar, sistem pembelajaran daring juga bisa untuk mengakomodasi orang tua yang belum yakin mengembalikan anaknya ke pesantren. Situasi ini barang tentu mengharuskan santri tetap bisa melakukan pembelajaran di rumah.
 
Ia mengingatkan, pondok pesantren harus memberikan opsi bagi orang tua untuk bisa memilih, apakah mengembalikan anaknya ke pesantren, atau belajar dari rumah secara daring. Ia meyakini, pembelajaran daring tak akan menggerus karakter pendidikan di pesantren.
 
"Paradigma pesantren ini perlu digeser, tanpa harus kehilangan berkah belajar," terangnya.
 
Baca: IDAI Sarankan Pembukan Pesantren Ditunda Dulu
 
Ghaffar menekankan kesehatan santri selama di pesantren harus menjadi fokus perhatian. Terlebih, kehidupan di pondok sifatnya komunal, semua aktivitas sehari-hari dikerjakan bersama.
 
"Dalam konteks kebiasaan baru ini imun santri harus menjadi perhatian utama," ujarnya.
 
Pondok pesantren juga diminta menyiapkan klinik kesehatan yang terstandar. Beberapa pesantren memang sudah memiliki fasilitas kesehatan yang memadai, namun, masih banyak yang belum memiliki klinik kesehatan yang sesuai standar.
 
Ghaffar mengakui, menerapkan protokol kesehatan yang ketat di pesantren bukan hal mudah. Namun, bila tidak dipaksakan, pesantren justru dikhawatrikan menjadi klaster baru kasus covid-19. Imbasnya, tentu harus ada kebijakan yang mungkin akan berdampak pada sekitar 28 ribu pesantren lain di Indonesia.
 
"Apa yang terjadi pada satu pesantren akan berpengaruh ke yang lain komunitas. Itu juga menjadi perhitungan fasilitas kesehatan maka protokol kesehatan harus dipastikan, pesantren mampu melakukan protokol kesehatan," tegasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(AGA)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan