Kini, ITB mencoba mencari skema lain untuk membantu mahasiswa yang kesulitan membayar uang kuliah. Salah satunya dengan endowment fund atau sejenis hibah, sedekah, atau wakaf dari para alumni.
"Jadi ya, enggak pinjol lagi deh. Kalau bisa dibantuin sama ini (endowment fund)," beber Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) ITB, Budi Gunadi Sadikin, dalam konferensi pers Pemilihan Rektor ITB 2025-2030 dikutip Kamis, 5 September 2024.
Ia mengungkapkan telah menghitung jumlah alumni yang dapat memberikan sumbangan. Termasuk, besaran yang dapat dikumpulkan tiap bulan dari masing-masing alumni.
"Berapa alumni ITB? 150 ribu. Oke kalau semua 150 ribu setor Rp90 ribu per bulan itu kan Rp1 juta per tahun. Kalau Rp1 juta per tahun dari 150 ribu (alumni) itu Rp150 miliar. Kalau lima tahun jadi Rp750 miliar," papar dia.
Menteri Kesehatan itu mengatakan dengan skema tersebut ia ingin mahasiswa ITB tak lagi memikirkan uang kuliah. Mahasiswa yang sudah masuk ITB sudah harus fokus menjadi putra-putri terbaik bangsa.
"Gimana kita bisa bikin putra-putri terbaik sekolah di ITB enggak usah mikir uang kuliah. MWA bantu carikan, dosen bantu carikan," sebut dia.
Sebelumnya, ITB menyebut pembayaran UKT lewat pinjol Danacita bukan opsi utama yang harus diambil mahasiswa. Masih banyak opsi lain yang disediakan di tengah kendala biaya kuliah.
Wakil Rektor Bidang Keuangan, Perencanaan dan Pengembangan ITB, Muhamad Abduh, menjelaskan pembayaran UKT melalui pinjol Danacita tak disarankan untuk mahasiswa S1. Pinjol Danacita lebih diarahkan kepada mahasiswa Pascasarjana.
"Opsi ini bisa untuk kebutuhan mahasiswa tertentu, misalnya MBA, Program Profesi dan lain sebagainya yang berinvestasi bagi karier mereka. Tentu bukan untuk mahasiswa S1 kurang mampu, tidak akan lolos review dari lembaga non bank tersebut," kata Abduh dalam konferensi pers daring, Rabu, 31 Januari 2024.
| Baca juga: IPB Beri Beasiswa untuk Mahasiswa Agar Jauh dari Pinjol Ilegal |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
