Faratz EV merupakan mobil urban bertenaga listrik bertema futuristik, minimalis, dan sporty. Mobil yang didesain oleh unit kecil dari Tim Anargya ITS ini mampu menempuh jarak 300 kilometer dengan kecepatan maksimal 133,2 kilometer per jam.
Setir mobil dirancang menggunakan power steering dan suspensi menggunakan tipe anti rollbar. Sehingga, mobil berjalan lebih stabil.
“Faratz EV didesain sebagai mobil sehari-hari untuk dikendarai dalam kota,” tutur Ketua Unit Tim Sultan Achmad Hidayatulloh dikutip dari laman its.ac.id, Jumat, 10 Juni 2022.
Mahasiswa Departemen Teknik Mesin ITS ini juga melanjutkan baterai yang digunakan pada mobil berjenis lithium iron phosphate (LiFePO4) bertenaga 79 kWh dan dapat terisi penuh hanya dalam waktu 1,7 jam dari keadaan kosong.
“Perhitungan kami lakukan secara manual berdasarkan studi literatur dan hasil perhitungan disimulasikan dengan aplikasi Simulink,” ungkap mekanik Tim Anargya ITS ini.
Sultan menjelaskan keamanan mobil juga telah didesain lebih user friendly. Dalam keadaan tidak normal, mesin mobil dapat dihentikan perlahan secara otomatis oleh sistem.

Faratz EV. DOK ITS
Namun, pengendara juga bisa melakukan selfdiagnosis. Pengendara dapat mematikan sistem manual apabila merasakan kesalahan sistem.
“Sistem keamanan mobil secara manual ini dirancang lebih simpel, sehingga dapat melakukan aksi lebih cepat bila terjadi kesalahan sistem,” tutur dia.
Selain itu, motor yang digunakan Faratz EV ini bertipe outrunner, umumnya mobil menggunakan motor tipe in wheel yaitu Motor Brushless DC (BLDC). Penggunaan motor tipe outrunner ini sesuai dengan spesifikasi motor pada mobil yang membutuhkan daya sebesar 62 kWh.
Pemilihan ini sangat berpengaruh pada kecepatan, konsumsi energi, dan akselerasi mobil. “Meski menggunakan motor outrunner, motor dirancang untuk bekerja seperti BLDC,” ujar dia.
Desain bodi Faratz EV dirancang menggunakan bahan galvani steel yang memiliki bobot lebih ringan yaitu 72 kilogram. Sedangkan, bobot dari chasis mobil sebesar 234 kilogram.
“Karena bobot baterai yang digunakan cukup berat, bodi dan rangka mobil didesain cukup ringan,” jelas mahasiswa asal Surabaya ini.
Dengan membawa inovasi Faratz EV, tim beranggotakan Muhammad Nizaar Musyaffa, Hamzah Nur Azzam, dan Febrian Dwi Saputra yang dibimbing oleh Alief Wikarta berhasil keluar sebagai runner up dalam kompetisi desain kendaraan listrik sustainable.
“Harapannya, inovasi ini dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi versi prototipe untuk kemudian diproduksi massal di Indonesia,” kata Sultan.
Baca: Mahasiswa UGM Juara 1 Desain Kendaraan Listrik di Formula-E Jakarta
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News