Ilustrasi. Foto: MI/Bary Fathahillah
Ilustrasi. Foto: MI/Bary Fathahillah

Frasa Agama dalam Peta Jalan Pendidikan Perlu Ditegaskan Ulang

Syarief Oebaidillah • 09 Maret 2021 18:00
Jakarta: Polemik hilangnya frasa agama dalam Peta Jalan Pendidikan Nasional (PJPN) 2020-2035 terus bergulir. Pegiat pendidikan Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) M Nur Rizal mengusulkan frasa agama perlu ditegaskan ulang dengan takaran seimbang.
 
"Frasa agama yang minim di dalam Peta Jalan Pendidikan memang perlu ditegaskan ulang dengan takaran yang seimbang," kata Rizal, Selasa, 9 Maret 2021.
 
Menurut dia penegasan penting agar Indonesia tak terjebak menjadi negara agama. Di sisi lain, Indonesia juga tak boleh menjadi negara yang seolah meninggalkan agama.

"Mau tidak mau negara ini dibangun atas bangunan nilai-nilai agama dan nasionalisme, seperti yang tercantum dalam konstitusi UUD 1945," ungkapnya.
 
Menurut Rizal, agama harus menjadi salah satu pijakan atau landasan dalam menata kembali arah pendidikan ke depan. Nilai-nilai agama perlu diterjemahkan ke dalam operasionalisasi pendidikan seperti penanaman budi pekerti, akhlak mulia, manusia yang lil maslahatin atau memecahkan problem masyarakat. 
 
Ini penting agar agama tidak dimaknai secara sempit yang justru membuat sekat antar pemeluk agama yang berbeda di Indonesia.
 
Baca: Muhammadiyah dan NU Kritisi Raibnya 'Frasa Agama' dalam Draf PJP
 
Caranya, ungkap Rizal, operasionalisasi ini harus menjadi penekanan tujuan utama peta jalan pendidikan dengan mengubah paradigma pendidikan dari penyeragaman dan penguasaan konten akademik, ke penalaran kritis dan empati sosial. Dengan begitu, anak didik nantinya dapat kompetitif sekaligus menjaga keharmonisan sosial serta kebermaknaan hidup dirinya. 
 
"Orientasi pendidikan yang baru ini akan mengarahkan anak didik ke pencapaian kebahagiaan hidup serta minat bakat dan potensi siswa yang berbeda," ujarnya.
 
Ia menyebut orientasi ini sejalan dengan laporan terbaru OECD 2020 bahwa pendidikan global lebih diarahkan ke wellbeing yakni orang yang mampu melakukan aksi dengan berani mengambil tanggungjawab, refleksi atau rekonsiliasi untuk mengatasi dilema atau gesekan sosial. Selain itu, mampu melakukan antisipasi membuat nilai-nilai baru yang kritis dan kreatif.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan