Ilustrasi SMKN 2 Tual, Maluku Konsentrasi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura (ATPH). DOK Vokasi Kemdikbud
Ilustrasi SMKN 2 Tual, Maluku Konsentrasi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura (ATPH). DOK Vokasi Kemdikbud

Jumlah Petani Makin Menurun, Dosen UGM Dorong Siswa Mulai Dikenalkan Pertanian Modern

Renatha Swasty • 01 Juli 2025 21:03
Jakarta: Dosen Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Gadjah Mada (UGM), Bayu Dwi Apri Nugroho, menuturkan semua wilayah di Indonesia saat ini mengalami penurunan produktivitas pertanian baik dari sisi lahan maupun jumlah petani. Perlu ada upaya dari pemerintah pusat dan daerah membuat anak muda bergairah menjadi petani. 
 
“Kita tahu, bahwa alih fungsi lahan sangat cepat, apalagi di wilayah Jawa. Begitu juga untuk petani, rata-rata usia petani di Indonesia adalah 50 tahun sehingga memang harus dilakukan regenerasi, kalau tidak bagaimana nanti 10-20 tahun yang akan datang,” ujar Bayu dikutip dari laman ugm.ac.id, Selasa, 1 Juli 2025. 
 
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tren penurunan jumlah usaha pertanian perorangan sejak tahun 2013. Pada 2013, jumlah petani di RI mencapai 31,70 Juta. 

Sementara itu, jumlah petani di Indonesia mencapai 29,34 juta atau turun 7,45 persen. Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami penurunan  jumlah petani secara signifikan mencapai 26,26 persen atau sekitar 153 ribu petani yang meninggalkan sektor ini dalam 10 tahun terakhir.
 
Bayu menuturkan penurunan jumlah petani juga disebabkan oleh imej pertanian adalah profesi kurang menarik, konvensional dan tidak produktif untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi. “Pemerintah perlu mengubah mindset tersebut, salah satunya adalah kita mengenalkan teknologi dan inovasi," tutur dia. 
 
Misalnya, teknologi dan inovasi pertanian sejak bangu sekolah dasar. Dia mengatakan anak muda perlu diberikan pemahaman bahwa pertanian bisa modern dan bisa membuat sejahtera. 
 
Baca juga: 5 Profesi Menjanjikan Lulusan SMK Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura  

Bayu berpendapat program petani milenial bisa menjadi salah satu upaya menciptakan regenerasi petani. Namun, bila hanya dilakukan sebatas project atau slogan tidak efektif. 
 
Pengenalan pertanian dan inovasi termasuk teknologi di dalamnya harus diberikan sedini mungkin. Bahkan, dimasukkan dalam kurikulum sehingga akan memberikan wawasan atau pandangan terkait pertanian.
 
“Secara jangka pendek, memberikan contoh dengan piloting atau percontohan bahwa teknologi bisa menguntungkan dan membuat sejahtera adalah kunci utama menarik minat anak-anak muda terjun ke dunia pertanian, tentunya juga dimasukkanlah unsur-unsur teknologi dan inovasi,” papar dia. 
 
Dalam jangka panjang, perlu pengenalan terkait pertanian serta teknologi dan inovasinya sedini mungkin, mulai dari TK, SD, SMP bahkan SMA. Selain itu, cara bertani dengan modern dan sebagainya. 
 
“Kita bisa mengenalkan penggunaan drone, sehingga akan memunculkan ketertarikan dari anak-anak muda ke dunia pertanian,” tutur dia. 
 
Bayu berharap peran pemerintah pusat dan daerah menciptakan sistem distribusi pangan dan pertanian yang kuat serta berkelanjutan dengan memperkuat ekosistem integrasi pertanian dari sisi hulu ke hilir, from land to table. “Artinya diperkuat ekosistem-ekosistem yang mengintegrasikan dari hulu ke hilir, yang menjamin ketersediaan dan juga kestabilan harga yang menguntungkan petani,” kata Bayu. 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan