Ilustrasi. Medcom.id
Ilustrasi. Medcom.id

FSGI Ragukan Kredibilitas Lima Aplikasi di Subsidi Kuota Belajar

Ilham Pratama Putra • 28 September 2020 13:35
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah menentukan 19 aplikasi pembelajaran yang telah bekerja sama dan dapat diakses menggunakan subsidi kuota belajar. Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mempertanyakan dan meragukan kredibilitas lima di antara 19 aplikasi tersebut.
 
Wakil Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Fahriza Tanjung menjelaskan pihaknya telah menelusuri aplikasi tersebut.  Setidaknya kata Fahriza, dari 19 aplikasi yang ditawarkan, terdapat lima aplikasi yang diragukan kemampuannya.
 
"Kami menemukan ada beberapa aplikasi yang patut diragukan kapasitasnya," kata Fahriza dalam Rilis Survei Bantuan Kuota Internet dan Dukung Penyederhanaan Kurikulum 2013 yang digelar secara daring, Minggu, 27 September 2020.

Kecurigaan pertamanya tertuju pada aplikasi Aminin yang berfokus pada materi pembelajaran agama Islam. Berdasarkan data Google Playstore per tanggal 26 September 2020, aplikasi itu baru diunduh sebanyak 1.000 kali. 
 
Aplikasi yang berikutnya ialah AyoBelajar. Fahriza mengaku heran, karena aplikasi tersebut baru diunduh 5.000 kali, namun telah dipercaya oleh Kemendikbud untuk memfasilitasi pembelajaran daring.
 
"Lalu, Birru ini tidak jelas ya, baru 100 kali di-download, artinya ketika penentuan aplikasi ini menjadi aplikasi yang ada dalam kuota belajar, aplikasi ini baru dibangun, patut dipertanyakan kenapa aplikasi yang baru dibangun itu bisa masuk dalam kuota belajar," ucapnya.
 
Kemudian, ada Eduka yang baru diunduh 1.000 kali. Parahnya, aplikasi berbasis soal ujian itu terakhir diperbaharui pada 19 Oktober 2019. 
 
"Hampir setahun yang lalu (di-update), Ganeca Digital juga begitu yang hanya di-download 1.000 kali. Dari 19 aplikasi yang ada itu, kami melihat ada beberapa aplikasi yang kapasitas dan kredibilitasnya patut diragukan, ini kan berpotensi sia-sia jika aplikasi ini dimasukkan dalam kuota belajar," tuturnya.
 
Baca juga:  FSGI: 85% Guru Keluhkan Subsidi Kuota Umum 5GB Tidak Cukup
 
Pihaknya semakin heran ketika aplikasi sekelas Kelas Pintar dan Brainly malah tidak masuk daftar fasilitas untuk dapat diakses melalui kuota belajar. Pasalnya dua aplikasi itu sudah diunduh hingga satu juta kali.
 
"Kami juga menelusuri dan membandingkan, Kelas Pintar sudah satu juta kali di-download, ini sudah masuk aplikasi pembelajaran Kemendikbud, tapi pada kuota belajar tidak dimasukkan. Lalu brainly juga, kenapa enggak dimasukkan," sambung dia.
 
Sisanya seperti aplikasi Kipin School 4.0, Quipper, Udemy, dan Zenius, pihak FSGI tidak terlalu mempermasalahkan. Sebab aplikasi tersebut memang sudah familiar di dunia pendidikan, hingga telah diunduh lebih dari satu juta kali.
 
"Yang lain itu sudah banyak di-download dan itu wajar masuk digunakan dalam aplikasi kuota belajar," pungkasnya.
 
Adapun, berikut 19 aplikasi yang masuk dalam kuota belajar, antara lain:
 
1. Aplikasi dan website Rumah Belajar
 
2. Aplikasi dan website Google Classroom
 
3. Aplikasi dan website Microsoft Education
 
4. Aplikasi dan website Quipper
 
5. Aplikasi dan website Sekolah.Mu
 
6. Aplikasi dan website Zenius
 
7. Aplikasi dan website Ruang Guru
 
8. Aplikasi dan website Kipin School 4.0
 
9. Aplikasi dan website Udemy
 
10. Aplikasi dan website Ayoblajar
 
11. Aplikasi dan website Eduka system
 
12. Aplikasi dan website Bahaso
 
13. Aplikasi dan website Birru
 
14. Aplikasi dan website Cakap
 
15. Aplikasi dan website Duolingo
 
16. Aplikasi dan website Edmodo
 
17. Aplikasi dan website Aminin
 
18. Aplikasi dan website Ganeca digital
 
19. Aplikasi WhatsApp

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan