Ia lahir di Tanjung Pandan Belitung pada 3 April 1917 dan meninggal di Jakarta pada 30 September 2016. Pada tahun 1955, Siti Latifah Herawati Diah ikut mendirikan The Indonesian Observer, surat kabar berbahasa Inggris pertama di Indonesia.
Sebagai satu-satunya publikasi berbahasa Inggris di Indonesia selama lebih dari satu dekade, majalah ini menangkap aspirasi dan kesulitan bangsa yang baru merdeka untuk khalayak global.
Wanita yang akrab disapa Herawati itu mengenyam pendidikan dan belajar jurnalisme di Barnard College di New York. Ia adalah wanita pribumi pertama lulusan universitas Amerika Serikat pada 1939.
Sebelum pergi ke AS, Herawati terlebih dahulu menempuh pendidikan di Europeesche Lagere School (ELS) di Salemba, Jakarta dan American High School di Tokyo, Jepang. Setelah lulus dari AS, ia kembali ke Indonesia pada tahun 1942, tak lama sebelum Revolusi Nasional Indonesia berlangsung, dan menjadi reporter untuk newswire United Press International (UPI).
Dia menikah dengan sesama jurnalis Burhanuddin Mohammad “BM” Diah, yang kemudian menjadi Menteri Penerangan pada tahun 1968. Herawati menggunakan koneksi diplomatiknya untuk melindungi monumen budaya Indonesia.
Dia memimpin upaya untuk mendeklarasikan Kompleks Candi Borobudur sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Herawati juga seorang advokat yang kuat untuk hak-hak perempuan.
Baca juga: Perjuangan Susan Mahasiswa Papua Nugini Raih Gelar Magister dari Unsoed
Dia mendirikan beberapa organisasi perempuan, termasuk Gerakan Pemberdayaan Suara Perempuan, yang memobilisasi perempuan Indonesia untuk memilih. "Karya Doodle hari ini merayakan warisan Herawati dan jalan yang dia buka untuk perempuan di Indonesia," kata Google.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News