Selama ini, minyak nilam yang merupakan larutan dasar parfum hanya di ekspor sebagai minyak nilam mentah ke beberapa negara lain untuk diolah menjadi minyak nilam terfraksinasi. Kekinian dengan alat dari BPPT tersebut, petani bisa memproduksi daun nilam menjadi minyak terfraksinasi.
Dengan begitu, nilai ekspor minyak nilam bisa lebih optimal dengan harga jual yang tidak terlalu fluktuatif dan lebih tinggi.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro mengatakan, ini merupakan suatu berkah bagi petani Nilam. Karena petani bisa menjual larutan dasar parfum langsung ke merk parfum dunia tanpa melalui pengolahan di luar negeri.
Ia pun menegaskan, minyak nilam begitu berharga dan dicari oleh banyak pelaku bisnis, tidak hanya di Aceh dan Indonesia tapi juga global. "Adanya pembeli ini membuat hidup mereka lebih nyaman, lebih sejahtera, dan membuat mereka lebih serius dalam mengembangkan tanamannya dan menjaga kualitas dari tanaman yang akan dipanen tersebut," kata Bambang Brodjonegoro dalam siaran pers yang diterima Medcom.id, Selasa, 3 Maret 2020.
Ia berharap, melalui alat distilasi dan fraksinasi BPPT ini, Unsyiah mampu mengolah 24 ton daun nilam per tahun langsung menjadi minyak nilam terfraksinasi. Baik fraksinasi berat (kandungan 60 persen) untuk larutan fiksasi atau larutan dasar parfum, maupun fraksinasi ringan (antara satu hingga dua persen) untuk larutan dasar minyak oles atau medicated oil, sabun cair, dan produk kesehatan berbasis larutan aromatik lainnya.
Terkait mesin distilasi dan fraksinasi, Bambang mengapresiasi kerja BPPT yang tak hanya mampu mempelajari teknologi distilasi dan fraksinasi sebagai upaya reverse engineering tetapi juga mampu menciptakan inovasi dengan membuat alat tersebut bagi minyak nilam mentah unggulan dari Aceh.
"Teknologi transfer dan reverse engineering yang dilakukan sekarang kita harapkan tidak hanya bisa menguasai teknologi yang tadinya barangkali asing bagi kita, tapi lebih dari itu harus ada nilai tambahnya. Nilai tambahnya adalah inovasi yang kita harapkan bisa menyertai proses alih teknologi atau reverse engineering tersebut," ungkap Bambang Brodjonegoro.
Sementara itu Atsiri Research Center Pusat Unggulan Iptek Perguruan Tinggi Nilam Aceh Universitas Syiah Kuala (ARC PUI-PT Nilam Aceh Unsyiah) yang juga mengelola Nilam Innovation Park (Nino Park) saat ini tidak hanya mampu mengolah daun nilam menjadi minyak nilam terfraksinasi. Tapi juga mengembangkan bibit unggul tanaman nilam dan membudidayakan nilam tersertifikasi organik yang permintaannya mulai meningkat dari negara Eropa.