Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa’adi. DOK Kemenag
Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa’adi. DOK Kemenag

Kemenag Dorong Kembangkan Perguruan Tinggi Berbasis Pesantren

Renatha Swasty • 16 September 2022 17:13
Jakarta: Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa’adi mengungkapkan Kementerian Agama (Kemenag) tengah mengembangkan perguruan tinggi berbasis pondok pesantren. Hal itu disampaikan saat memberikan ceramah pada stadium general sekaligus pembukaan perkuliahan Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Al Hikmah 1, Benda, Sirampog, Brebes.
 
Perguruan tinggi berbasis pondok pesantren dalam perkembangan terakhir ini amat relevan dengan kebutuhan masyarakat. Model pendidikan berasrama di mana antara santri, kiai, ustaz, dan komponen lain hidup bersama selama 24 jam dalam satu lingkungan pendidikan yang menyatu,” kata Zainut dalam keterangan tertulis, Jumat, 16 September 2022. 
 
Dia menyebut masyarakat masa kini banyak berharap lahirnya profil guru agama yang mempunyai dua kompetensi sekaligus, yaitu kompetensi keagamaan (tafaqquh fiddin) dan kompetensi profesional. Mereka ialah guru yang mampu menjadikan kitab kuning sebagai rujukan utama pendidikan agama Islam dan dipadukan dengan keilmuan modern. 

Profil guru yang mampu menyeimbangkan antara nilai-nilai global dan nilai-nilai lokal. Zainut menyebut di sini urgensi Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah di lingkungan pondok pesantren. 
 
"Ke depan masyarakat kita membutuhkan guru-guru agama yang moderat, toleran, dan damai. Sehingga, Islam yang tumbuh di Indonesia adalah Islam wasathiyah karena peserta didiknya dididik dengan baik oleh pendidik yang baik pula,” ujar dia.
 
Zainut mengapresiasi Pondok Pesantren Al-Himah 1 Benda, Sirampog, Brebes yang mendirikan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) dalam bentuk STIT. Dia menyebut hal itu penting sebagai langkah konkret dan sejalan dengan langkah Kementerian Agama untuk memperluas akses dan meningkatkan mutu terhadap anak bangsa.
 
“Jadikan kampus ini sebagai tempat efektif untuk studi, riset-riset ilmiah, dan menempa mahasiswa dengan kepekaan nurani dan kepedulian sosial. Jangan menjadi intelektual di menara gading, tetaplah membaur dan menjadi solusi problem-problem keumatan,” tutur dia. 
 
Dia juga mendorong kampus menjadi agen moderasi beragama di tengah pluralitas bangsa. Wawasan keislaman dan keindonesiaan harus didesiminasikan ke tengah-tengah masyarakat. 
 
"Agama harus tampil dengan wajahnya yang inklusif, sejuk dan damai,” tutur dia.
 
Zainut mengatakan penguatan wawasan moderasi beragama sangat penting. Sebab, Indonesia ialah negara yang sangat majemuk. Indonesia dikenal sebagai negara multi-etnis dengan jumlah suku 1.310, memiliki kepulauan terbesar mencapai 17.504, dan memiliki 742 bahasa, dan sub bahasa yang masih hidup. 
 
“Sungguh ini merupakan karunia Tuhan yang tiada tara, yang sulit dicarikan bandingannya dan perlu dirawat persatuan dan kerukunan masyarakatnya. Salah satu ikhtiar merawat kerukunan itu adalah melalui penguatan moderasi beragama,” ujar Zainut.
 
Dia berharap STIT Al Hikmah 1 menjadi ruang semai yang akan melahirkan intelektual Indonesia mumpuni dalam keilmuan dan memiliki wawasan keagamaan moderat.
 
Baca juga: Yakinkan Wali Santri, Wamenag: Pesantren Tempat Aman untuk Anak Belajar 


 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan