“Waktu itu, kami dikumpulkan di rektorat UNY dan disampaikan ada pelaksanaan Program Kampus Merdeka dari Kemendikbudristek yang bisa mendapatkan pengakuan 20 sks jika bergabung di salah satu programnya,” kenang Athi melalui keterangan tertulis, Selasa, 21 November 2023.
Dari berbagai program, Athi terpanggil untuk bergabung ke Program Kampus Mengajar. Itu lantaran program Kampus Mengajar linear dengan rumpun program studinya.
Athi juga tertarik dengan opsi di mana dia bisa berkontribusi langsung terhadap pendidikan di Indonesia. Di Program Kampus Mengajar, Athi bertugas di SDN Guluk-Guluk 2, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur.
Lokasi penugasan tidak jauh dari rumahnya. Hal itu membuat dia bisa cepat beradaptasi di sekolah dan memahami kondisi sekolah.
“Sekolah dan adik-adik peserta didik menyambut hangat kehadiran saya ketika pertama kali datang dan menyampaikan bahwa saya akan bertugas mendampingi guru untuk meningkatkan pembelajaran literasi dan numerasi,” cerita Athi.
Ketika bertugas pada 2021, pandemi covid-19 masih ganas-ganasnya dan menjadi tantangan bagi dunia pendidikan. Namun, itu tidak mematahkan semangat Athi untuk mendampingi peserta didik.
Dia banyak berkolaborasi bersama guru. Sehingga, program-program yang dijalankan terkait literasi dan numerasi sesuai dengan kebutuhan sekolah.
Kondisi sekolah di pelosok pulau Madura dan masyarakat yang masih gagap teknologi cukup menjadi kendala. Namun, dengan semangat perubahan yang dititipkan oleh Kemendikbudristek, dia pada akhirnya berhasil menyelesaikan penugasan selama kurang lebih empat bulan.
“Ketika di akhir, saya merasa sangat sedih karena harus berpisah dengan masyarakat sekolah yang sudah saya anggap keluarga sendiri,” tutur alumni Program Kampus Mengajar Angkatan I itu.
Pengalaman dan berbagai pelajaran yang dia dapatkan dari penugasan di Program Kampus Mengajar, kemudian menjadi inspirasi karyanya dalam mengikuti Lomba Inovasi Digital Mahasiswa (LIDM) 2021 yang diselenggarakan oleh Kemendikdikbudristek.
“Ketika saya bertugas, anak-anak perempuan di lingkungan sekitar sekolah masih banyak yang putus sekolah dan sebagian juga hanya mampu menamatkan pendidikan hingga Sekolah Menengah Pertama. Dalam karya tersebut, ada pesan yang ingin saya sampaikan bahwa perempuan juga bisa memiliki peluang yang sama untuk menjadi sesuatu yang lebih besar,” papar Athi.
Karya Athi terpilih sebagai juara dan menjadi salah satu prestasi yang membuatnya bisa lulus dari UNY tanpa skripsi. Dia juga mendaftar Beasiswa Indonesia Maju (BIM) dan diterima untuk program Magister di University of Bristol, Inggris.
Athi menilai keputusan bergabung di Program Kampus Mengajar merupakan keputusan penting yang mengantarkannya belajar dari pelosok pulau Madura ke Britania.
“Saya sangat bersyukur pernah mengikuti Program Kampus Mengajar. Keikutsertaan saya di program ini menjadi titik balik yang bisa mengantarkan saya untuk menggapai mimpi yang lebih tinggi,” ucap Athi.
Baca juga: Pendaftaran Kampus Mengajar Angkatan 7 Dibuka, Ada 28.500 Kuota Tersedia |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News