Penelitian Helmi dilakukan untuk mendokumentasikan situasi kerja Intensive Care Unit (ICU) dalam menghadapi lonjakan jumlah pasien covid-19 dengan pendekatan “4S” di ICU yang berdampak terhadap kesiapan Tim Medis dari bulan Maret hingga September 2020 yang merupakan awal dari pandemi di Indonesia. Pendekatan 4S meliputi infrastruktur (space), ketersediaan logistik (stuff), Tim Medis ICU (staff), dan sistem pelayanan (system).
Helmi memaparkan penelitiannya menggunakan mixed method dengan sequential exploratory yang dikembangkan oleh Creswell dan Clark (2007) yang terdiri dari tiga sub-study. Pertama, penelitian kualitatif dengan indepth-interview yang bertujuan untuk mendokumentasi situasi kerja yang meliputi space, stuff, staff, dan system pada awal pandemi dalam menghadapi lonjakan jumlah pasien covid-19 dengan kondisi kritis.
Kedua, penelitian kualitatif dengan focus group discussion untuk menghadapi lonjakan jumlah pasien covid-19 dengan kondisi kritis. Ketiga, penelitian kuantitatif dengan online survey untuk mengidentifikasi dampak dari space, stuff, staf, dan system terhadap kesiapan Tim Medis dalam mengadapi lonjakan pandemi covid-19 dengan kondisi kritis.
Sub-study pertama dilakukan di 49 RS Rujukan Nasional Covid-19 di DKI Jakarta dan DI Yogyakarta, dan perwakilan tiga wilayah di Indonesia (Indonesia bagian barat, tengah, dan timur). Sub-study kedua dilakukan melalui teleconference dengan mengundang tim pakar dari Kementerian Kesehatan, pengelolan pendidikan, kolegium, dan organisasi profesi.
Sub-study ketiga dilakukan di Rumah Sakit Rujukan Nasional Covid-19 di Indonesia, seperti RSPI Sulianti Saroso, RSUP Persahabatan, RSUD Fatmawati, RSPAD Gatot Subroto, dan sebagainya. Survei dilakukan secara daring pada 21 September hingga 3 Oktober 2020.
Hasil penelitian Helmi menunjukkan dengan pendekatan 4S, ditemukan data Tim Medis ICU di berbagai RS tidak siap menghadapi surge capacity pada awal pandemi covid-19.
“Sebelum pengambilan data tentunya kami belum mempunyai gambaran secara gamblang sebenarnya kondisi sebenarnya seperti apa. Waktu itu kami melaksanakan pada awal pandemi, jadi kami ingin tahu apakah sebenarnya keterbatasan itu hanya terjadi di rumah sakit rujukan nasional saja ataukah semuanya. Setelah kami explore ternyata keterbatasan lebih banyak terjadi di rumah sakit rujukan. Ini temuan yang menarik,” papar Helmi dikutip dari laman ugm.ac.id, Rabu, 3 Agustus 2022.
Helmi menyampaikan rekomendasi untuk meningkatkan kesiapan perlu dilakukan dengan lebih baik untuk dapat lebih siap apabila terjadi lonjakan jumlah pasien covid-19 kembali.
“4s kami sudah mempunyai instrumen yang bisa digunakan sebagai acuan tim medis. Dengan instrumen tersebut bisa dilihat apa saja yang dibutuhkan sehingga diharapkan manajemen dan tim medis rumah sakit bisa mempersiapkan dengan baik jika itu terjadi lagi,” tutur dia.
Rekomendasi tersebut dari sisi space jika terjadi kasus lonjakan lagi. Helmi menyarankan tetap menjaga dan tidak mengubah yang dulu sudah disiapkan untuk covid-19 menjadi ruang biasa kembali.
| Baca juga: Buat Desain Pembelajaran Penjurnalan yang Mudah, Dosen FEB Unsoed Raih Doktor di UGM |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id