Ilustrasi/Medcom.id
Ilustrasi/Medcom.id

Jadi Tantangan Riset, Sektor Peternakan Bakal Terdampak Perubahan Iklim

Citra Larasati • 26 Agustus 2022 09:00
Jakarta:  Bidang peternakan disebut menjadi salah satu sektor yang akan terdampak ancaman perubahan iklim dan ini menjadi tantangan bagi dunia riset.  Selain memiliki kontribusi sebagai penghasil emisi gas rumah kaca, peternakan juga sebagai penyedia sumber protein hewani untuk gizi masyarakat.
 
“Kondisi tersebut menjadi tantangan bagi dunia riset. Kita memiliki keunggulan komparatif sumber daya genetik ternak dan tanaman pakan ternak. Namun, potensi itu belum dimanfaatkan secara maksimal dalam upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, karena kapasitas iptek yang terbatas," kata Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan BRIN, Puji Lestari dalam siaran pers BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional), Jumat, 26 Agustus 2022.
 
Kondisi ini, kata Puji, menjadi tantangan bagi periset BRIN untuk terus terlibat dalam pencarian gen-gen penting melalui analisis genomik, protemik, transkriptomik, dan metabolomik. Puji menambahkan, ke depan peran teknologi omics sangat penting dalam mengoptimalkan pemanfaatan ternak.

Berbagai inovasi teknologi harus dapat diimplementasikan menjadi sebuah sistem untuk membangun industri peternakan ramah lingkungan dan tahan menghadapi dampak perubahan iklim.  Sejalan dengan pernyataan Puji, Peneliti Pusat Riset Peternakan, Yeni Widiawati menerangkan pengembangan peternakan sudah harus diarahkan kepada penanganan gas rumah kaca, melalui pengembangan sistem peternakan ramah lingkungan.
 
Sistem ini, kata Yeni, tujuannya untuk menjaga stabilitas ketersediaan pangan, khususnya ternak secara berkelanjutan. Untuk mencapai program, maka kita harus berkolaborasi. Tidak bisa hanya satu sektor, karena penanganan ternak melibatkan banyak sektor, baik terkait penelitian dan implentasi teknologi yang digunakan.
 
"Kolaborasi ini ke depannya akan sangat bermanfaat untuk meningkatkan kapasitas, baik sumber daya manusia, perlengkapan riset, dan ilmu pengetahuan,” imbuh Yeni.
 
Selanjutnya Peneliti Pusat Riset Sistem Produksi Berkelanjutan dan Penilaian Daur Hidup, M. Nasir Rofiq menambahkan, upaya lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi emisi karbon dari produksi peternakan adalah dengan menghitung jejak karbon.  Jejak karbon dapat dihitung dengan metode tertentu.
 
Data tersebut dapat dikembangkan dengan perluasan dan alokasi sistem menjadi data fisik, ekonomi, dan nutrisi. Data lokal yang diperoleh dapat menjadi data nasional tentang emisi gas rumah kaca yang berasal dari produksi peternakan di Indonesia.
 
"Data ini dapat dianalisis bersama melalui kolaborasi riset untuk analisis Life Cycle Assessment dan jejak karbon,” ungkap Nasir.

Aplikasi Android

Dalam kesempatan yang sama, Pusat Riset Peternakan, Mohammad Ikhsan Peneliti menjelaskan gas emisi yang dihasilkan dari pupuk kandang juga dapat diukur dengan aplikasi android.
 
Pada 2021, ia dan tim telah melakukan beberapa riset model emisi untuk mendapatkan gambaran yang dapat menunjukkan peningkatan greenhouse gasses (GHG) yang dihasilkan dari pengelolaan pupuk kandang. GHG diperoleh dari perlakukan massa sapi yang diberi konsentrat.
 
"Dari info tersebut, akan didapatkan info dugaan besarnya emisi yang dihasilkan, sehingga dapat diolah sebagai basis data dalam aplikasi untuk mengetahui kadar emisinya,” ungkapnya.
 
Ikhsan menuturkan, selain riset tersebut, beberapa riset lain yang dapat dikembangkan adalah riset pemanfaatkan pupuk kandang sebagai sumber energi (biogas), peluang pengukuran gas dengan teknologi yang lebih andal, juga riset protokol pengambilan gas pada kotoran ternak.
 
Selain beberapa model pengukuran emisi di atas, Hardiana Bansi, peneliti pada pusat riset yang sama juga mengungkapkan adanya metode lain untuk mengukur dan memitigasi gas metana hasil produksi peternakan.
 
Menurut Ikhsan, tekniknya ada dua, yaitu teknik pengukuran in vivo dan in vitro. Greenfeed adalah salah satu teknik in vivo yang saya tekuni.
 
Teknik ini mengukur secara real time gas metana enteric yang dikeluarkan oleh ternak dan terkoneksi dengan server. Metodenya dengan memasukkan ternak ke dalam sebuah alat dan melalui embusan napasnya diukur kadar gas metana yang dikeluarkan.
 
"Sedangkan metode lainnya yaitu in vitro untuk mengukur total gas hasil pencernaan pakan,” tutup Hardiana.
 
Selanjutnya untuk upaya memitigasi emisi gas metana, Hardiana merekomedasikan beberapa pendekatan. Di antaranya pengelolaan pakan, memanipulasi rumen dan genetic merit serta vaksinasi ternak.
Baca juga:  ITS Gagas iDerm4U, Platform Telemedisin yang Fokus pada Penyakit Kulit

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan