“Saya memahami gejolak di dalam dirinya untuk terus mengobarkan tidak hanya hal akademik dan riset, tetapi juga gerakan yang terus menonjol dalam aktivitasnya sehari-hari,” ungkap Didik melalui keterangan tertulis, Rabu, 3 Januari 2024.
Didik mengenang peristiwa pada pertengahan 1990-an, saat Rizal Ramli mendirikan lembaga think tank ECONIT. Saat yang sama, Didik bersama rekan-rekannya juga mendirikan lembaga think tank lain, yaitu INDEF.
“Didirikan bersamaan pada masa Orde Baru masih sangat kuat dan monopoli kebenaran hanya ada di kelompok ekonom pemerintah,” beber Didik.
Didik mengungkapkan Rizal pernah menjadi inspirasinya saat membuat buku berjudul “Ekonomi Politik Uang”. Saat itu, Rizal yang masih menjabat sebagai Menteri Koordinator Perekonomian 2000-2001 menelepon Didik untuk memberi apresiasi terhadap yang dituliskan Didik.
Tulisan Didik pada harian Kompas memuat ide-ide terkait utang luar negeri yang saat itu menjadi hal krusial untuk didalami.
“Saya sudah tidak ingat keseluruhan ide dari tulisan tersebut, karena hari-hari berikutnya selalu ada saja artikel yang harus saya tulis untuk majalah Tempo, harian Republika, Bisnis Indonesia, dan lainnya,” ucap Didik.
Seusai perbincangan bersama Rizal, Didik kembali membaca tulisannya dan megembangkan ide-ide yang ada menjadi sebuah buku.
Didik juga mengenang masa muda Rizal yang sejak itu telah terlibat dalam gerakan-gerakan intelektual dan sepanjang hidupnya tidak pernah berhenti menjaga demokrasi.
“Akhir-akhir ini yang menonjol adalah gerakan oposisi untuk melawan praktik anti demokrasi di dalam kekuasaan. Sepanjang hayatnya tidak pernah berhenti untuk menjaga demokrasi dengan caranya dan melakukan koreksi terus-menerus bahkan ketika demokrasi remuk-redam seperti sekarang ini,” tutur Didik.
Didik mengatakan sebagai tokoh gerakan, Rizal memilih untuk tidak terikat dengan siapa pun. Rizal lebih memilih sebagai ekonom, intelektual yang berbicara dengan data dan fakta ekonomi politik.
“RR merasa tidak memerlukan baju partai karena dianggap tidak memadai untuk menjaga, apalagi mendorong demokrasi. Jadi, banyak orang yang tetap melihat figur RR adalah tokoh yang berpengaruh dalam menjaga demokrasi,” ucap dia.
Rumah Rizal yang menjadi markas diskusi menjadi bukti selama hidupnya Rizal selalu hanyut dalam arus gerakan. Itu semua untuk satu tujuan, yakni kontrol terhadap demokrasi.
“Karena tidak hendak masuk ke alam sistem dan tetap menempatkan dirinya di luar, maka gerakannya terus-menerus dan selamanya menjadi oposisi kritis, bahkan sangat kritis,” tutur Didik.
| Baca juga: Rizal Ramli Meninggal, Anies Cerita Kenangan 'Mesin Fax' Saat Kuliah |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id