Pengukuhan guru besar pertama Politeknik Negeri Kupang. Foto: Dok Kemendikbud
Pengukuhan guru besar pertama Politeknik Negeri Kupang. Foto: Dok Kemendikbud

Pertama Kalinya, Politeknik Negeri Kupang Miliki Guru Besar

Arga sumantri • 09 Desember 2020 16:19
Jakarta: Politeknik Negeri Kupang (PNK) mengukuhkan Adrianus Amheka sebagai guru besar bidang teknik mesin sistem energi lingkungan melalui rapat senat terbuka luar biasa pada Sabtu, 28 November 2020. Pengukuhan yang berdasarkan pada keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 30 Juni 2020 tersebut, sekaligus membuat PNK memiliki seorang guru besar untuk pertama kalinya.
 
Direktur Politeknik Negeri Kupang, Nonce Farida Tuati mengatakan, lahirnya guru besar pertama pada lembaga tersebut adalah sebuah kebanggaan sekaligus tantangan bagi jajaran dosen di lingkup lembaga vokasinya. Nonce Farida, menambahkan, butuh perjuangan dan ikhtiar yang kukuh, untuk meraih jabatan akademik mengingat sejumlah syarat yang berat dan sulit.
 
Nonce berharap capaian tertinggi pada bidang akademik ini akan berkontribusi bagi kemajuan masyarakat, bangsa dan negara. Pada lingkup politeknik negeri di Indonesia, baru terdapat 17 profesor dan salah satu di antaranya berada di PNK. 

"Kami sangat berbangga atas momentum ini, namun kami tetus mendorong agar akan terlahir profesor-profesor lainnya dari lembaga ini," kata Nonce mengutip siaran pers Kemendikbud, Rabu, 9 Desember 2020.
 
Direktur Jendereral Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Wikan Sakarinto mendorong jajaran dosen di lembaga pendidikan vokasi untuk terus terpacu mencapai gelar profesor. Dengan lahirnya profesor terapan, kata dia, akan membuka ruang besar bagi kemajuan SDM dan produk karya bangsa Indonesia.
 
Capaian riset terapan yang dihasilkan perguruan tinggi diharapkan bisa menghasilkan produk Indonesia yang mendunia. Menurut dia, guru besar terapan akan lebih menghasilkan ekostem riset terapan dan ekosistem pembelajaran yang lebih memastikan lulusan kompeten pada hard skills maupun soft skills.
 
"Kami menanti teknologi terapan untuk kelestarian lingkungan kita," ungkap Wikan.
 
Baca: Indonesia-Jepang Perkuat Kerja Sama Pengembangan Ekosistem Reka Cipta
 
Wikan mengatakan, riset vokasi atau riset terapan tak boleh berhenti pada paper/publikasi. Riset vokasi harus berujung penerapan, hilirisasi produk riset ke pasar atau masyarakat. Jika tidak, maka kurang punya makna terapannya dan kurang kemanfaatannya.
 
"Kita sudah terbiasa impor. Ini bukan Indonesia di masa depan. Samsung dari Korea. Ipin Upin masih impor dari Malaysia. Daya kreasi kita diharapkan diperkuat dan dipertegas harus sampai menghilirkan produk riset ke pasar," ujarnya.
 
Sementara itu, Guru Besar Bidang Teknik Mesin Sistem Energi Lingkungan, Adrianus Amheka dalam orasinya mengatakan, gelar profesor yang dicapainya bukan miliknya sebagai personal, tetapi milik bersama. Ini dimaksud agar akan ada kontribusi signifikan bagi kesejahteraan masyarakat yang lebih luas.
 
Adrianus juga menyampaikan rekomendasi terkait pemanfaatan energi. Ia menambahkan, dari keberadaan struktur ekonomi dan tren kebijakan yang mengintegrasikan sistem energi dan lingkungan di Nusa Tenggara Timur (NTT), khususnya Kota Kupang, menunjukan bahwa masih terdapat ruang untuk menerapkan kebijakan implementasi pengelolaan energi bersih atau EBT untuk mendukung pembangunan daerah rendah karbon yang berkelanjutan.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(AGA)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan