Ilustrasi generasi muda. DOK Freepik
Ilustrasi generasi muda. DOK Freepik

Fenomena Brain Rot, Ancaman Penurunan Kognitif di Era Digital

Renatha Swasty • 11 Maret 2025 15:34
Jakarta: Kemajuan teknologi informasi dan media sosial membawa banyak manfaat bagi Generasi Z dan generasi milenial. Namun, penggunaan teknologi secara berlebihan juga dapat berdampak negatif pada perkembangan otak manusia.
 
Salah satu fenomena yang menjadi perhatian adalah brain rot, yaitu gangguan kognitif yang menyebabkan penurunan kecerdasan. Yuk kita pahami apa itu brain rot berikut ini:
 
Dikutip dari laman ums.ac.id, brain rot atau pembusukan otak adalah kondisi di mana kemampuan kognitif, analisis, memori, serta daya ingat individu menurun akibat paparan teknologi yang berlebihan. Kondisi ini dapat menghambat kemampuan berpikir kritis, pengambilan keputusan, serta penyelesaian masalah.

Menurut laman Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, gejala brain rot meliputi kesulitan berkonsentrasi, berkurangnya kemampuan mengingat dan memahami informasi, kesulitan berpikir kritis, stres, kecemasan, serta ketergantungan berlebihan terhadap teknologi. Di era digital ini, arus informasi yang begitu deras dan konsumsi konten yang berlebihan, terutama yang kurang edukatif, dapat memperburuk kondisi tersebut.
 
Baca juga: Kebanyakan Konten Receh Bisa Bikin Brain Rot?

Menteri Komunikasi dan Digital Republik Indonesia, Meutya Hafid, dalam unggahan Instagram @ugm.yogyakarta menyoroti pentingnya menjaga keseimbangan dalam penggunaan teknologi. Ia mengajak sivitas akademika lebih bijak memanfaatkan ruang digital.
 
“Kita tahu ruang digital ini sekarang penuh dengan berbagai macam isi dan tentu banyak yang bermanfaat. Namun, di saat yang bersamaan, ketergantungan terhadap gadget serta maraknya konten digital juga menyebabkan fenomena brain rot," kata Meutya dalam unggahan di Instagram @ugm.yogyakarta dikutip Selasa, 11 Maret 2025.
 
Dia mengajak mahasiswa memoderasi penggunaan ruang digital dengan aktivitas fisik seperti gemar membaca serta bersosialisasi langsung, tidak hanya melalui online. Ia menekankan keseimbangan antara aktivitas digital dan interaksi sosial sangat penting.
 
Hal itu agar generasi muda tetap cerdas, sehat secara mental, dan aktif secara fisik. Meutya berharap ekosistem digital di Indonesia dapat tetap sehat dan memberikan manfaat bagi semua pihak dengan langkah moderasi yang tepat.  (Antariska)
  
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan