Pakar bambu UGM Ashar Putra di depan Bamboo Dome. DOK UGM
Pakar bambu UGM Ashar Putra di depan Bamboo Dome. DOK UGM

Pakar UGM Ungkap Pembuatan Bamboo Dome Tempat Jamuan Makan Siang KTT G20: Ada Moment of Truth

Renatha Swasty • 18 November 2022 11:19
Jakarta: Bamboo Dome di Apurva Kempinski, Nusa Dua, Bali menjadi perbincangan menarik di tengah perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Presidensi G20 Indonesia. Bangunan indah di tepi pantai ini merupakan lokasi Presiden Joko Widodo (Jokowi) menikmati santap siang makanan khas Indonesia bersama dengan pemimpin dan delegasi G20.  
 
Bamboo Dome ini merupakan mahakarya kolaborasi visual creative consultant KTT G20, Elwin Mok; desainer Bamboo Dome, Rubi Roesli; dan pakar bambu dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Ashar Saputra.
 
Ashar tidak menyangka akan dilibatkan dalam pembuatan Bamboo Dome. Hal ini berawal dari kontak teman penggiat bambu di Bali yang menawarkan kerja sama dengan panitia nasional G20 dalam pembuatan lokasi jamuan makan pemimpin dan delegasi G20.

Tawaran ini bukan tanpa tantangan, perajin hanya memiliki waktu relatif singkat untuk menyiapkan lokasi estetik dan aman.
 
“Para penggiat, perajin bambu disediakan tiga minggu untuk menyelesaikan Bamboo Dome. Ini menuntut kerja sama intens antara arsitek, perajin bambu, dan saya untuk memastikan keamanannya sehingga harus dikawal dengan cukup ketat karena pekerjaannya cukup banyak dan harus zero tolerance terkait keamanan struktur bangunan,” kata dosen Departemen Teknik Sipil FT UGM itu dikutip dari laman ugm.ac.id, Jumat, 18 November 2022.
 
Ide pembuatan bangunan dengan bahan utama bambu ini mencari sesuatu yang unik. Bambu dipilih karena memiliki keunikan sebagai bahan yang mudah dibentuk melengkung karena sifatnya lentur dan elastis. Di samping itu, bangunan bambu dikenal kuat atau tahan terhadap guncangan gempa.
 
“Idenya dari desainer itu adalah di mana di saat dunia itu senang memilih yang artifisial, justru Bali masih memiliki yang original. Bambu jadi pilihan karena sudah menjadi keseharian masyarakat Bali,” tutur dia.
 
Ashar menjelaskan Bamboo Dome dibangun menggunakan bambu apus. Sementara itu, sebagai penyangga memakai bambu petung dari Tabanan yang dibawa ke Gianyar untuk digarap perajin.
 
Pengerjaan Bamboo Dome dimulai dari menentukan fondasi, menyusun lengkung-lengkung utama, sampai keseluruhan dapat diuji karena strukturnya lengkung. Pembuatan bangunan ini memiliki tantangan tersendiri yaitu dalam membentuk lengkungan estetik, namun segi keamanan tetap bisa tercapai.
 
Berbeda dengan bangunan yang dibuat dari beton atau baja, membangun bambu memiliki ketidaktentuan cukup tinggi, baik dari dimensi, kematangan, maupun kinerja sambungan.
 
Ashar mengungkapkan ada satu momen yang ia sebut sebagai Moment of Truth dalam proses pengerjaan Bamboo Dome. Satu hari sebelum Jokowi mengecek lokasi, saat itu di Nusa Dua terjadi hujan sangat lebat dan angin sangat kencang selama 2 jam.
 
Ashar berada persis di bawah bangunan yang sedang dikerjakan sembari memperhatikan seluruh bangunan dan kondisi seluruh struktur bangunan masih stabil dan tetap kokoh walau diterpa hujan dan angin kencang.
 
“Di titik ini saya menjadi yakin dengan keamanan struktur bangunan Bamboo Dome yang hampir 100 persen pengerjaannya, ketika saya tidak dapat menguji langsung tetapi bangunan langsung diuji oleh alam,” kenang dia.
 
Ashar sangat mengapresiasi dan berterima kasih kepada perajin bambu yang yang telah membantu dalam pengerjaan Bamboo Dome. Komitmen dan keseriusan perajin bambu yang telah cukup lama dikenalnya ini sangat terlihat dalam pengerjaan bangunan ini.
 
“Sangat luar biasa, betapa perajin bambu dari desa Gianyar ini sangat serius, sungguh-sungguh, berkomitmen. Saya merasa bersyukur, beruntung, dan bangga dapat menjadi bagian dari kerja besar ini dan berharap dapat menyampaikan kepada masyarakat global bahwa di saat dunia cenderung memilih hal-hal yang artifisial tetapi kita masih punya yang masih orisinal,” papar dia.
 
Melalui momen ini,  dia berharap bambu dapat dimanfaatkan dan diperkenalkan lebih baik kepada masyarakat. Dia juga berharap di masa depan UGM bisa membuat bangunan bagus, lekat dengan Indonesia, dan dapat menjadi nilai tambah bagi masyarakat.
 
Ashar dikenal sebagai peneliti yang giat mengkaji bambu. Awal keseriusannya meneliti bambu terjadi pada 2008. Kala itu, ia bekerja sama dalam pembangunan sekolah alam internasional yang seluruh bangunannya menggunakan bambu di Bali.
 
Dari awal kerja sama tersebut ia kenal dengan penggiat bambu. Sampai saat ini, Ashar telah bekerja sama dengan penggiat bambu untuk membuat bangunan bambu, tak hanya di Indonesia, namun juga di beberapa negara, seperti Belgia, Cina, dan India.
 
Baca juga: Filosofi Bamboo Dome, Tempat Jamuan Makan Siang KTT G20

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan