Salah satu anggota tim, Ramdhan Hadi Wijaya, menyampaikan ketika Sungai Bengawan Solo sedang pasang, jembatan tidak dapat dilintasi. Hal ini menyebabkan warga Desa Semambung mesti memutar jauh saat menyeberang.
Jembatan karya tim mahasiswa didesain lebih efisien, ekonomis, dan realistis dibandingkan dengan jembatan konvensional. Hal tersebut dibuktikan pada perhitungan dalam aplikasi SAP2000.
“Jembatannya harus efisien dalam menahan beban berat juga harus ringan,” tutur Ramdhan.
Dia menuturkan perhitungan ditujukan agar dapat mencapai efisiensi tertinggi dalam segi biaya. Sehingga, lebih murah dibandingkan dengan jembatan konvensional biasa.
Berdasarkan perhitungan tersebut, anggota tim lainnya Suci Nur Nimasmira mengungkapkan jembatan dirancang untuk menahan beban 30 ton. “Jembatan itu sendiri dirancang dengan berat 2090,81 kilo newton,” tutur Suci.
Inovasi ini membawa Suci dan kedua temannya, Avelyne Christianti dan Ramdhan Hadi Wijaya, keluar sebagai juara pertama Young Civil Engineer 2021 dalam kategori Bridge Construction. Selama perlombaan, Avalyne mengaku dia dan tim menghadapi beberapa hambatan.
Salah satunya, mereka tidak tahu pada tahap final terdapat perubahan bahan pada jembatan yang awalnya bahan kayu balsa menjadi bahan baja. Pengembangan jembatan memakan waktu kurang lebih selama satu bulan.
Pembimbing tim, Wahyuniarsih Sutrisno, berharap jembatan Semambung diuji dan direncanakan lebih detail untuk diadopsi pada skala jembatan sebenarnya dan diterapkan nyata agar bermanfaat bagi masyarakat. Dia juga berharap mahasiswa lain memiliki kesempatan mengembangkan ilmu dan ide-ide kreatif.
Baca: Sistem Daur Ulang Air Limbah Ekstraksi Minyak Bumi Inovasi Mahasiswa ITS
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
