Namun, tak banyak yang mengetahui bahwa lagu yang penuh makna ini lahir dari proses yang sangat sederhana dan penuh ketulusan.
Sejarah Lagu Hymne Guru
Hymne Guru diciptakan oleh Sartono, seorang guru seni dari Madiun, pada awal tahun 1980-an. Meski tidak memiliki latar belakang pendidikan musik formal, Sartono dikenal sebagai sosok yang memiliki kepekaan musikal tinggi.Pada masa itu, ia merasa belum ada lagu yang secara khusus didedikasikan untuk guru, sehingga ia tergerak menciptakan sebuah lagu penghormatan bagi profesi yang ia jalani sendiri.
Proses penciptaan Hymne Guru terbilang unik. Sartono menyusun melodi lagu tersebut dengan cara bersiul, karena keterbatasan alat musik yang ia miliki.
Setiap melodi yang muncul dari siulannya kemudian dituliskan ke dalam kertas dalam bentuk notasi sederhana. Dari rangkaian notasi itu, lahirlah melodi yang kini dikenal seluruh Indonesia.
Lagu tersebut kemudian diikutsertakan dalam Lomba Cipta Lagu Pendidikan Nasional, dan sejak itu penyebarannya semakin luas. Sekolah-sekolah mulai mengadopsi lagu ini untuk upacara bendera, peringatan Hari Guru Nasional, hingga acara perpisahan siswa.
Sartono wafat pada 2015, namun Hymne Guru tetap menjadi warisan abadi bagi dunia pendidikan Indonesia dan terus dinyanyikan lintas generasi.
| Baca juga: Contoh Susunan Upacara Hari Guru Nasional 2025 |
Lirik lagu Hymne Guru
Terpujilah wahai engkau
Ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup
Dalam sanubariku
Semua baktimu akan ku ukir
Di dalam hatiku
Sebagai prasasti terima kasihku
Tuk pengabdianmu
Engkau sebagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa
Pembangun insan cendekia
Perubahan Lirik Hymne Guru
Lagu Hymne Guru mengalami penyesuaian lirik pada tahun 2007. Frasa “tanpa tanda jasa” yang terdapat pada bagian akhir lagu diubah menjadi “pembangun insan cendekia.”
Perubahan ini dilakukan berdasarkan Surat Edaran Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Nomor 447/UM/PB/XIX/2007 yang diterbitkan pada 27 November 2007.
PGRI menilai bahwa frasa “tanpa tanda jasa” tidak lagi sepenuhnya menggambarkan martabat profesi guru, sehingga dipandang perlu menggunakan istilah yang lebih positif dan mengapresiasi peran besar pendidik dalam membentuk karakter serta kecerdasan generasi bangsa.
Meski mengalami penyesuaian, esensi lagu tetap terjaga. Hymne Guru tetap menjadi simbol penghormatan kepada para guru dan terus dinyanyikan dalam berbagai kegiatan pendidikan di Indonesia.
(Sheva Asyraful Fali)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
