Ketua Panitia Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2018, Ravik Karsidi
Ketua Panitia Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2018, Ravik Karsidi

Wawancara Ketua SBMPTN 2018

Kenalan dengan Sistem Penilaian Baru SBMPTNYuk !

Citra Larasati • 27 April 2018 14:59
Pendaftaran Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2018 akan ditutup pada hari ini, 27 April 2018 pukul 22.00 WIB.  Proses akan dilanjutkan dengan Ujian Tulis Berbasis Komputer maupun Cetak (UTBK/UTBC) pada 8 Mei 2018 mendatang.  Jangan lupa, selain persiapan materi yang akan diujikan,  setiap peserta juga harus mengetahui adanya sistem penilaian baru yang akan diterapkan dalam SBMPTN 2018. 
 
Sistem penilaian yang menggunakan Teori Respon Butir (TRB) ini diyakini akan lebih berkeadilan, serta memiliki daya saring yang baik untuk menangkap potensi akademik setiap calon mahasiswa.  Ingin lebih jauh berkenalan dengan sistem baru ini?  Berikut wawancara dengan Ketua Panitia SBMPTN 2018, Ravik Karsidi, saat ditemui di Jakarta, Jumat, 27 April 2018 :
 
T:  Pertimbangan apa yang melatarbelakangi perubahan sistem penilaian SBMPTN?

J:  Jadi begini, idealnya sebuah proses penilaian SBMPTN itu kan kita usahakan selalu ada perbaikan sehingga semakin lama semakin baik. Untuk itu, kami terus melakukan kajian akademik untuk menganalisis kelemahan sistem lama, kemudian dicari solusi untuk memperbaiki kelemahan itu.
 
T:  Apa saja kelemahan sistem penilaian lama?
 
J:  Dalam sistem lama kita menggunakan metode teori klasik.  Salah satu kelemahan dari sistem penilaian klasik adalah memberi celah bagi peserta untuk berspekulasi. Karena dalam sistem penilaian lama, memberlakukan poin "hadiah" dan punishment dalam memberi skor.  Di mana ketika peserta SBMPTN menjawab benar, maka skornya bernilai 4 poin.  Kemudian jika tidak menjawab dapat nilai nol, sedangkan jika menjawab tapi salah akan dikurangi 1 poin.  
 
Sistem ini membuat orang berspekulasi, dengan menjawab semua soal saja ada peluang untuk benar dan mendapat 4 poin tersebut.  Pola ini juga yang sering digunakan oleh lembaga bimbingan belajar untuk mengajarkan dan membuat startegi bagaimana mengerjakan soal dengan mendapatkan nilai tinggi, bukan mengajarkan bagaimana menjawab materi soal dengan benar.
 
Menjawab pakai strategi boleh-boleh saja, tapi yang harus diutamakan adalah bagaimana menjawab substansi soal dengan betul.
 
T: Lalu apa yang ditawarkan sistem penilaian baru ini?
 
J:  Sistem penilaian baru ini menggunakan Teori Response Butir (Item Response Theory). Metode penilaian pada SBMPTN 2018 tidak hanya memperhitungkan jumlah soal yang dijawab dengan benar dan salah oleh peserta.  Tetapi juga memperhitungkan karakteristik setiap soal dari respon jawaban seluruh peserta ujian yang dapat menggambarkan kesulitan relatif setiap soal. Jadi setiap soal akan terpetakan tingkat kesulitan relatif dari respon setiap peserta tes.
 

T: Jadi proses penilaian akan ada berapa tahap?
 
J: Penilaian akan diproses oleh panitia dalam tiga tahap.  Jadi tahap I, kita akan melakukan tes pada 8 Mei 2018 itu.  Akan dilakukan analisis masing-masing peserta berapa jawaban benar, dan berapa jawaban salah/kosong.
 
T: Lalu proses tahap berikutnya seperti apa?
 
J:  Tahap II, dengan menggunakan pendekatan Teori Response Butir itu,  maka setiap soal akan dianalisis karakteristiknya.  Di antaranya adalah tingkat kesulitan relatifnya terhadap soal yang lain, dengan mendasarkan pada pola respon jawaban seluruh peserta tes SBMPTN 2018.  
 
Dengan menggunakan model matematika, maka akan dapat diketahui tingkat kesulitan relatif soal-soal yang dikategorikan mudah, sedang maupun sulit.  Soal yang disebut sulit, sedang dan mudah tidak ditetapkan oleh panitia sejak awal,  tapi ditentukan setelah soal dikerjakan oleh siswa.
 
T: Lalu apa yang terjadi pada tahap terakhir?
 
J: Karakteristik setiap soal yang diperoleh pada tahap II itu, kemudian digunakan untuk menghitung skor akhir setiap peserta.  Tim akan menghitung, misal dari 75 soal itu berapa jumlah jawaban benar, lalu dikalikan dengan koefisien kesulitannya. Soal-soal sulit akan mendapatkan bobot yang lebih tinggi dibanding soal-soal yang lebih mudah.  
 
Tahap-tahap penghitungan skor ini dilakukan oleh tim yang memiliki kompetensi di bidang pengujian, pengukuran dan penilaian.  Jadi, meski dua orang anak sama-sama menjawab dengan benar 10 butir soal misalnya, maka skor akhirnya belum tentu sama.
 
Sangat tergantung pada soal mana yang dijawab, apakah soal dengan bobot relatif mudah, sedang atau sulit.  Semakin banyak soal mudah yang dijawab, maka skornya semakin kecil, dan sebaliknya.
 
T: Keunggulan dari sistem baru ini apa?
 
J: Sistem baru ini akan menutup kemungkinan semua pihak untuk memprediksi skor.  Dimana pada teori klasik, prediksi seperti itu banyak dilakukan, terutama oleh pihak-pihak yang ingin mendapatkan keuntungan dari cara itu.
 
T: Apakah sistem baru ini digunakan juga di negara lain?
 
J: Iya, Teori Respon Butir ini sudah banyak digunakan di negara-negara maju.  Wacana untuk mengganti sistem penilaian ini pun sebenarnya sudah lama ingin dilakukan.  Akhirnya baru sekarang akan kita terapkan. 
 
Kami punya Sub Pokja kajian dan pengembangan, tim itulah yang mengkaji, lalu jadi sebuah rekomendasi, kemudian Pak Menteri (Menristekdikti) yang memutuskan menjadi kebijakan untuk digunakan tahun ini.  Jadi semua perubahan sistem penilaian ini basisnya adalah kajian dari data yang Panitia SBMPTN miliki.
 
T: Dampak menebak-nebak (guessing) jawaban ini apa?
 
J: Sistem penilaian klasik itu menganggap semua soal sama. sehingga tidak bisa mendeteksi kemampuan siswa.  Ada siswa yang diterima di jurusan Fisika, tapi ternyata nilai IPA-nya jelek.  Dia bisa diterima karena tertolong oleh soal di mata pelajaran lain, misalnya bahasa.
 
T: Harapan Anda dengan sistem baru ini?
 
J: Kami berharap peserta SBMPTN tidak melakukan guessing (menebak) jawaban.  Tidak bisa lagi menebak-nebak dengan sistem baru ini. Siswa tidak usah memikirkan sistem penilaiannya.  Belajar saja yang giat, jawab soal dengan benar.
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan