Ilustrasi. Foto: MI/Bary Fathahilah
Ilustrasi. Foto: MI/Bary Fathahilah

Peringkat PISA Jadi Catatan Buruk Pendidikan Indonesia

Intan Yunelia • 30 Desember 2019 15:56
Jakarta: Anjloknya pendidikan Indonesia dalam peringkat Programme for International Student Assessment (PISA) menjadi catatan buruk pendidikan di 2019. Padahal, dana yang dianggarkan untuk pendidikan sangat tinggi.
 
Pengamat pendidikan dari Center for Education Regulations and Development Anaysis (Cerdas) Indra Charismiadji mempertanyakan dana pendidikan 20 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang nyatanya tak berdampak signifikan pada mutu pendidikan Indonesia.
 
"Anggaran ini ribuan triliun, karena Rp500 triliun per tahunnya itu APBN. Belum APBD dan dana-dana korporasi, hibah CSR serta bantuan kan banyak juga dari dana masyarakat," kata Indra kepada Medcom.id, Senin, 30 Desember 2019.

Indra menyebut angka membaca dan literasi Indonesia juga masih tertinggal. Pemerintah harus bergerak cepat agar pendidikan Indonesia tak jalan di tempat.
 
"Pengelolaan pendidikan kita kacau balau. Harus ada perubahan besar yang signifikan dan tidak bisa yang rutin-rutin saja," ujar Indra.
 
Indra juga menyebut empat kebijakan yang dikeluarkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim belum menyentuh masalah elementer pendidikan di Indonesia.
 
"Kalau urusan membaca saja kita tidak ada peningkatan, otomatis yang lain-lain parah. Karena (minat) membaca itu saja parah," tuturnya.
 
Sebelumnya, peringkat siswa Indonesia di tiga kompetensi tersebut mendudukkan Indonesia di posisi 72 dari 77 negara Organization for Economic Co-operation and Development (OECD).
 
Skor ini mengalami penurunan dari periode penilaian sebelumnya, yakni peringkat 62 dari 70 negara di 2015.
 
Berdasar nilai rata-rata, terjadi penurunan nilai PISA Indonesia di seluruh kompetensi yang diujikan. Penurunan terlihat pada kompetensi membaca, dari 397 poin pada 2015 menjadi 371 poin di 2018, sementara rata-rata OECD 487.
 
Dalam kompetensi matematika menurun dari 386 poin di 2015 menjadi 379 poin di 2018 dari rata-rata OECD 489. Begitu juga untuk kompetensi sains dari 403 di 2015 menjadi 396 poin di 2018 berada di bawah rata-rata OECD yang mencapai 489.
 
"Dari laporan tersebut menunjukkan bahwa kompetensi pelajar Indonesia di bawah rata-rata OECD. Baik untuk membaca, matematika, dan sains," kataYuri Belfali, Direktur Pendidikan dan Keterampilan OECD saat menyampaikan paparannya, di Gedung Kemendikbud, Jakarta, Selasa, 3 Desember 2019.
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FZN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan