Sederet prestasi dia catat, baik dalam bidang akademis maupun non-akademis. Pada 2022, Aulia berhasil diterima masuk Departemen Sastra Indonesia Universitas Gadjah Mada (UGM).
Kemudian pada 2023, dia mensutradarai film pendek berjudul Masih Tanda Tanya yang tayang perdana pada Maret 2023. Film itu diputar di berbagai komunitas pencinta film Tanah Air.
Aulia terlahir normal. Namun, di usia lima tahun dia mengalami sakit parah yang menyebabkannya kehilangan pengelihatan.
Menjadi sutradara film bukan hal mudah bagi penyandang disabilitas netra sepertinya. Sebagai sutradara, dia juga memiliki beban besar apakah filmnya nanti bakal diminati penonton.
Arahannya menentukan pemain agar berlakon sesuai karakter yang diperankan serta memastikan semua berjalan sesuai rencana dari awal hingga akhir produksi film. Dia mengakui ada tantangan tersendiri dalam pembuatan film yang harus menggunakan bahasa visual.
“Kesulitan ya pasti ada karena keterbatasan visual. Namun, sangat terbantu ada asisten sutradara yang bisa menjadi “mata” saya dan team work yang luar biasa selama produksi film,” beber Aulia dikutip dari laman ugm.ac.id, Jumat, 18 Agustus 2023.
Aulia bersyukur dikelilingi orang-orang baik yang percaya akan potensinya dan mendukung mensutradari film. Masih Tanda Tanya merupakan film pertama yang disutradari Aulia.
Film berdurasi 40 menit ini berkisah tentang sepasang kekasih, di mana pihak laki-laki merupakan penyandang disabilitas netra. Di tengah perbedaan fisik ini cinta mereka diuji dengan adanya orang ketiga.
Selain menampilkan lika-liku percintaan dua remaja dengan perbedaan fisik, film ini juga mencoba mengungkap sejumlah isu disabilitas. “Film ini terinspirasi dari kisah teman yang juga disabilitas netra,” ungkap dia.
Perjalanan Aulia menekuni bidang perfilman bermula dari keikutsertaanya dalam sebuah kelas film pada 2022. Dia bersama dengan lima rekannya penyandang disabilitas netra kala itu iseng-iseng mengikuti kelas film di Yogyakarta.
Kehadiran mereka dalam kelas tersebut sempat dipandang sebelah mata. Sebab, penyandang disabilitas netra dituntut untuk memproduksi karya yang identik dengan hal-hal berbau visual.
“Saat itu tutornya sempat bingung juga, kenapa difabel netra ikut kelas film. Namun, akhirnya justru mendukung karena melihat kami semangat dan menjadi mentor kami sekarang ini,” beber dia.
Pada 2021, Aulia sempat terlibat dalam produksi film Seutas Asa. Dia dipercaya menjadi salah satu pemain dalam film yang juga dibuat oleh temannya penyandang disabilitas netra.
Aulia tidak pernah menyangka bisa mencapai titik ini. Dia tidak pernah terbersit menjadi sutradara film pendek, terlebih dengan keterbatasan visual yang dimiliki.
Dia mengaku bangga sekaligus senang bisa mensutradari film Masih Tanda Tanya. Kesempatan ini menjadi pengalaman pertama untuk belajar dan berkarya di bidang perfilman.
“Enggak nyangka saja bisa jadi sutradara. Saya bisa belajar banyak hal tentang bagaimana proses syuting, belajar manajemen pra hingga paska produksi. Belajar matengin naskah, pengambilan gambar dan juga kerja tim,” papar dia.
Ke depan Aulia berencana menulis naskah film lagi dengan terus mengampanyekan isu-isu inklusifitas khusunya disabilitas lewat film. Dia berharap lewat film bisa menginspirasi banyak orang, tidak hanya di Yogyakarta, namun juga Indonesia bahkan dunia.
“Jangan berhenti berkarya. Sebab, berkarya itu tidak mengenal golongan, disabilitas atau bukan. Selagi ada niat kita bisa berkreasi dan yakinlah ada orang-orang yang akan mendukung kita,” ujar dia.
Baca juga: Cerita Ashilla, Mahasiswi UGM Penyandang Disabilitas Magang di Kantor Berita Asing |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News