Ini sekaligus menandaka keberhasilan LSPR dalam menjawab tantangan paling mendesak di masyarakat: krisis iklim, bencana alam, dan kerentanan sosial. Keberhasilan ini tidak hanya mencerminkan kapasitas akademik dan kepemimpinan institusi dalam menghadapi krisis, tetapi juga menunjukkan kemampuan LSPR dalam mengembangkan program-program yang relevan dan responsif terhadap dinamika sosial global.
Sebagai lembaga pendidikan yang memadukan pendekatan praktis dan teoritis, LSPR terus membuktikan bahwa inovasi bukan sekadar jargon, melainkan bagian integral dari strategi pembelajaran dan kontribusi sosial mereka. Secara keseluruhan, LSPR berhasil menduduki peringkat ke-268 dunia dalam pemeringkatan WURI 2025.
Di luar pencapaian utama dalam manajemen krisis, LSPR juga mencatatkan posisinya di tiga besar dalam kategori-kategori strategis lainnya. Untuk kategori Student Support and Engagement, LSPR meraih posisi kedua di dunia, menandakan perhatian dan dedikasi yang tinggi terhadap pengembangan mahasiswa secara holistik.
Sementara itu, untuk kategori SDG-Based Responses to Global Challenges, LSPR berhasil menduduki peringkat ketiga dunia, menunjukkan kontribusi aktif mereka dalam menjawab tantangan global melalui pendekatan berbasis Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Prestasi-prestasi ini tidak hanya memperkuat posisi LSPR sebagai pemimpin di tingkat regional, tetapi juga menjadikannya sebagai model institusi pendidikan tinggi yang visioner dan transformatif di mata dunia
Mengukur Dampak, Bukan Angka
Lebih dari sekadar angka atau peringkat, pencapaian ini menjadi bukti nyata bahwa pendidikan memiliki kekuatan untuk melindungi kehidupan, memperkuat daya tahan komunitas, dan memberdayakan individu untuk menghadapi tantangan global. World University Rankings for Innovation (WURI) adalah sistem pemeringkatan global yang menilai universitas bukan berdasarkan reputasi akademik semata, tetapi atas inovasi nyata, dampak sosial, dan kontribusi terhadap tantangan dunia modern.Baca juga: Jejak Digital dan Kreasi Pembuka Gerbang Bisnis Berkelanjutan |
Berbeda dari sistem pemeringkatan tradisional yang cenderung menekankan pada publikasi ilmiah, ukuran kampus, atau jumlah profesor bergelar doktor, WURI justru melihat bagaimana universitas membuat perbedaan dalam kehidupan masyarakat melalui pendekatan yang kreatif, relevan, dan berani.
Peringkat WURI 2025 diterbitkan satu kali setiap tahun, dengan tujuan untuk menilai universitas berdasarkan dampak nyata dari inovasinya terhadap masyarakat, bukan sekadar peringkat akademis tradisional. Untuk edisi tahun 2025, terdapat 1.253 universitas dari 87 negara yang berpartisipasi, dan mereka menyumbangkan 4.866 program inovatif unggulan sebagai bagian dari proses evaluasi.
Jumlah ini menunjukkan bahwa persaingan berlangsung sangat ketat dan hanya universitas dengan program paling berdampak dan dapat diterapkan yang berhasil masuk dalam daftar teratas. Hasil akhir dari peringkat WURI 2025 diumumkan secara resmi pada tanggal 10 Juli 2025.
Pengumuman ini dilakukan setelah melalui serangkaian proses evaluasi dan verifikasi yang sangat ketat dan komprehensif oleh panel evaluator internasional. Proses penilaian WURI dilakukan melalui tiga tahapan utama.
Pertama, setiap aplikasi dari universitas dievaluasi melalui proses blind review oleh presiden atau tim evaluasi yang ditunjuk oleh masing-masing universitas peserta. Mereka memberi skor terhadap semua aplikasi berdasarkan tiga kriteria utama: inovasi, implementabilitas, dan dampak.
Setelah itu, skor tersebut ditinjau oleh juri independen yang terdiri dari perwakilan liga universitas global dan media pendidikan tinggi. Para evaluator menyusun daftar universitas yang direkomendasikan untuk masuk dalam 100 besar global.
Selain itu, sistem berbasis AI yakni GPT Evaluation System milik WURI juga memberikan masukan berbasis database global inisiatif-inisiatif universitas. Akhirnya, Dewan Evaluasi WURI menggabungkan seluruh rekomendasi, memverifikasi keakuratan isi aplikasi, dan menetapkan daftar final Global Top 100 WURI.
Penilaian dilakukan secara menyeluruh berdasarkan tiga kriteria utama. Pertama, inovasi, yaitu sejauh mana program tersebut mengusung pendekatan baru yang unik dan relevan. Kedua, kemungkinan implementasi, atau sejauh mana program tersebut realistis dijalankan dan memberikan manfaat berimbang terhadap biayanya.
Ketiga, dampak, yaitu seberapa luas dan mendalam pengaruh program terhadap institusi maupun masyarakat secara umum. Kombinasi dari ketiga elemen ini menjamin bahwa hanya program-program yang benar-benar transformatif yang mendapatkan tempat dalam peringkat WURI.
Dan di saat dunia semakin menyadari pentingnya menjaga kesehatan mental, LSPR telah lebih dahulu mengambil langkah konkret. Melalui program Building Resilience: Mental Health and Well-Being, LSPR meraih peringkat 2 dunia dalam kategori Student Support and Engagement.
Langkah berani LSPR tidak berhenti di situ. Lembaga ini juga dinobatkan sebagai peringkat 3 dunia dalam kategori SDG-Based Responses to Global Challenges, berkat integrasi luar biasa dari Sustainable Development Goals (SDGs) ke dalam kurikulum mereka.
Di LSPR, pendidikan bukan sekadar hafalan dan tugas akhir, tetapi tentang membentuk generasi pemimpin yang memahami dunia dan bersedia memperbaikinya. Melalui Kurikulum Keberlanjutan, mahasiswa LSPR belajar tidak hanya tentang 17 tujuan global, tetapi juga bagaimana menerjemahkannya dalam kehidupan nyata.
Mereka merancang kampanye sosial, berkolaborasi dengan NGO, turun ke lapangan, dan menciptakan program yang menyentuh kehidupan masyarakat. Mereka tidak hanya tahu apa itu “iklim”, “kemiskinan”, atau “kesetaraan gender”mereka berjuang di garis depan untuk menjadikan isu-isu itu prioritas bersama.
Kisah ini tak lepas dari kepemimpinan yang penuh visi dari Prita Kemal Gani, pendiri dan CEO LSPR. Dalam setiap kata dan tindakannya, ia menunjukkan bahwa pendidikan harus selalu berpihak pada kemanusiaan.
“Prestasi ini adalah bukti nyata bahwa inovasi dan kepedulian sosial bisa berjalan beriringan dalam dunia pendidikan. LSPR Institute terus berupaya merancang program yang tidak hanya relevan, tetapi juga memberikan kontribusi langsung terhadap masyarakat dan berdampak kepada isu global,” tuturnya.
Senada dengan itu, Rektor LSPR, Andre Ikhsano menegaskan, pendidikan tidak boleh hanya menghasilkan lulusan yang pintar, tapi juga peduli. Bahwa mahasiswa yang pulang membawa empati, keberanian, dan kesadaran sosial adalah warisan paling berharga bagi bangsa ini.
Di bawah kepemimpinannya, kampus menjadi ruang terbuka bagi dialog lintas generasi, lintas budaya, dan lintas pemikiran. "Kita dilarang melupakan para dosen, staf, alumni, dan mitra industri yang dengan rendah hati menjadi tulang punggung dari semua pencapaian ini. Mereka merancang materi, mendampingi diskusi, memastikan kelancaran logistik, dan di atas semuanya," pungkasnya/
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News