KRI Barukang dirancang menjadi drone permukaan bawah air pemburu kapal selam dan kapal permukaan konvensional. Bahkan, melakukan operasi pengintaian, survei, dan intelijen dengan rute yang cocok di operasikan di seluruh perairan Indonesia.
Harapannya, kapal ini akan menjadi solusi bagi kapal asing yang menyusup ke perairan wilayah Indonesia. Bahkan, mampu memberikan tindakan pada kapal penyusup, baik ditembak dengan rudal ataupun torpedo.
Penerapan konsep autonomous dari kapal ini terletak pada diving system otomatis yang memanfaatkan durasi penyelaman tiap lima jam di bawah air harus naik ke permukaan lagi. Hal itu untuk mentransmisikan data record selama pelayaran dengan menegakkan communication mass ke atas permukaan air, lalu mengirimkan transmisi data ke satelit, hingga diterima oleh kapal permukaan tempat operator berada.
Autonomous KRI Barukang dilengkapi dengan alat BlueComm 200 untuk mengunggah volume data besar (hingga 10 Mbps). Hal itu untuk memperlancar transmisi data dari operator ke kapal Barukang.
Selain itu, sistem peluncuran dari kapal ini juga dilakukan di kapal permukaan jenis Landing Platform Dock, atau kapal fregat medium dengan starting mesin di atas kapal hingga mesin sudah standby dan operator sudah terhubung.
Dengan penerapan konsep dan sistem tesebut, kapal siap diluncurkan ke laut untuk beroperasi. Begitu juga ketika berlabuh (naik ke permukaan) setelah menjalankan misi.
Komponen di circuit room kemudian membaca data dari communication room yang berisi data rekaman visual hingga data jelajah selama kapal berlayar.
Autonomous KRI Barukang dirancang dengan durasi penyelaman maksimal 5 jam untuk naik kembali ke permukaan mereset posisi dan data. Hal itu agar tidak terjadi lost signal dengan operator yang menyebabkan kapal hilang dan tenggelam (mati daya).
Sistem autonomous ini sangat bermanfaat mengingat akhir-akhir ini maraknya kasus drone lost signal akibat melebihi jangkauan radius pelayaran ataupun karena gangguan transmisi yang diperoleh dari sekitar (sabotase).
Kapal ini dilengkapi sistem persenjataan enam peluncur Rudal Mistral Simbad-RC yang merupakan sistem pertahanan diri anti-udara jarak pendek yang menggunakan dua rudal MISTRAL fire-and-forget. Dalam rancangannya berfungsi memberikan kemampuan pertahanan diri utama di semua kapal perang atau untuk melengkapi pertahanan udara utama kapal perang peringkat pertama.
Selain itu, kapal ini juga diperkuat oleh tiga tabung torpedo Black Scorpion di bagian depan. Konsep desain ini diikut sertakan dalam Kontes Kapal Cepat Tak Berawak Nasional (KKCTBN) 2022 dan berhasil meraih juara 3 nasional.
Baca juga: Sukses Uji Taxi, Pesawat Haerul Tidak Lama Lagi Siap Terbang |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News