Pernyataan itu disampaikan Anggota Komisi I DPR Subarna saat menjadi pembicara dalam Ngobrol Bareng Legislator (Ngobras) bertema Hati-hati Rekam Jejak Digital. Webinar digagas Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).
"Masyarakat Indonesia belum sepenuhnya sadar akan keamanan di ruang digital. Hal ini tampak pada masih banyaknya warganet yang mengunggah foto atau video tanpa memikirkan efek sampingnya," kata Subarna.
Tak hanya itu, meninggalkan pesan yang mengandung ujaran kebencian juga masih banyak ditemui di ruang digital.
"Jika tidak hati-hati dalam menggunakan media sosial, maka dapat berdampak luas karena berpotensi dicari dan disalahgunakan. Dan ini dapat memengaruhi masa depan seseorang," kata Subarna.
Baca:Masyarakat Diimbau Menjaga Etika dalam Bermedsos |
Bahkan, kata dia, rekam jejak digital di internet dapat dijadikan bahan kajian dan pertimbangan dalam menentukan karier seseorang. Di Amerika Serikat, 60 persen manajer urung memberikan pekerjaan kepada calon karyawan karena menemukan rekam jejak digital tak baik di media sosial.
"Seringkali masyarakat meremehkan keberadaan rekam jejak digital, terutama pada kalangan anak muda. Rekam jejak digital harus dijaga serius," kata Subarna.
Cara memproteksi rekam jejak digital
Staf Ahli Menteri Kominfo Bidang Teknologi, Mochamad Hadiyana, mengatakan penggunaan ruang digital jika tidak hati-hati dapat berpotensi terjadinya tindak kejahatan. Untuk itu, diperlukan upaya dan strategi menjadikan literasi digital medium pembelajaran masyarakat agar melek digital.Di antara kejahatan yang dapat terjadi di ruang digital adalah perundungan, penyebaran pornografi, ujaran kebencian, berita bohong atau hoaks, rasisme, dan radikalisme. Rekam jejak digital dapat dengan mudah ditemukan dan rentan untuk disalahgunakan oleh peretas yang dapat merugikan individu bahkan negara karena stabilitas menjadi terancam.
"Untuk itu, kita perlu melakukan proteksi terhadap perangkat digital dengan cara mengubah kata sandi, fingerprint authentication, dan face authentication," ujar Hadiyana.
Masyarakat juga harus berperan aktif dalam menjaga keamanan platform digital. Agar informasi pribadi tidak disalahgunakan dan menimbulkan kekacauan di ruang digital, warganet perlu menerapkan budaya digital.
Baca:Ingat! Game Online Berbeda dengan Judi Online |
Apa itu jejak digital?
Visual Designer Entrepreneur Aditya Iswandi mengatakan jejak digital merupakan riwayat aktivitas di internet. Peluang jejak digital untuk mengarah terhadap perbuatan negatif jauh lebih tinggi, sehingga diperlukan langkah pencegahan yang konkret."Berpikir ulang sebelum mengunggah suatu konten, dengan melakukan cek dan ricek. Jejak digital tidak dapat hilang sepenuhnya, sehingga diperlukan keutamaan mengunggah konten positif," ujar Aditya.
Aditya juga menambahkan tidak semua hal diunggah di media sosial. Maka, sebelum mengunggahnya, pastikan masyarakat sudah memilah dan memilih dengan bijak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News