Salah satu tim psikolog yang resmi ditunjuk oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) dan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) yakni dosen psikologi Universitas Airlangga (Unair) Afif Kurniawan.
Afif bersama dua rekan psikolog lainnya, Steven Halim dan Laksmiari Saraswati, memastikan kondisi psikologis atlet. Mereka dipantau mulai dari pra-latihan, latihan, pra-pertandingan, pertandingan, hingga pasca-pertandingan.
Afif yang juga sempat menjadi staf pelatih bidang pengembangan psikologi atlet Persebaya selama tiga musim pada 2017-2020 banyak berkecimpung pada psikologi olahraga dan pendampingan atlet. Salah satunya, tim nasional baseball softball putri untuk Asean Games 2018.
Dia juga kerap menjadi observer analisis kebutuhan psikologis tim olahraga. Tak heran, Afif kembali terpilih sebagai extra official dalam hal ini sebagai tim pendamping psikologis Timnas Sepak Bola di Kamboja Phnom Penh.
Afif mengungkapkan persiapan berlangsung sejak dua bulan menjelang perhelatan hingga berakhirnya Sea Games. Dia mengatakan terdapat tiga fase dalam pendampingan, yakni fase pemetaan profil, babak penyisihan grup, serta babak final dan semi final.
Fase pemetaan profil
Dia menuturkan pada fase ini tantangan tim psikolog harus cepat dan tepat dalam memetakan profil lebih dari 50 pemain yang masuk dalam proses seleksi. Termasuk, mengetahui kondisi latar belakang, profil keluarga, dan lain-lain. Sebab, tanpa data awal tersebut tidak mungkin psikolog bisa menyusun dinamika kepribadian seorang pemain.Fase babak penyisihan grup
Afif mengatakan pada fase grup sebenarnya banyak komentar-komentar yang justru mencoba melemahkan Timnas Indonesia. Banyak pihak berkomentar Timnas Indonesia untung sebab berada dalam grup mudah dan sudah pasti lolos ke semifinal lalu akan kesulitan menghadapi Thailand atau Vietnam dari grup B.Indonesia satu grup dengan Kamboja sebagai tuan rumah, lalu Timor leste, Myanmar, dan Filipina. Banyak pihak menilai memenangkan pertandingan adalah hal mudah.
“Secara tidak langsung, hal ini sebenarnya justru melemahkan sisi mental pemain terutama dari mindset. Ketika pemain menggunakan mindset ini. Maka mereka (pemain) akan menganggap lawan sebagai tim yang mudah dan cenderung meremehkan. Hal yang kurang sesuai dengan mindset yang terbangun di Timnas, lantaran semua tim yang berkompetisi sama-sama bagus,” jelas Afif.
Afif mengungkapakn tim pendamping psikologis mengajak pemain mengelola mindset memenangkan pertandingan bukan soal mengalahkan siapa yang menjadi lawan. Di samping itu, tim juga mulai membatasi kontak pemain dengan media sosial serta melakukan pendekatan kognitif untuk mengubah mindset.
Fase final dan semi final
Pada tahap ketiga ini, Afif menekankan ketenangan dan pengelolaan emosi yang baik. Pasalnya semua pemain menantikan membawa emas. Namun, dalam kajian psikologi, pengelolaan semangat dan motivasi yang tidak baik akan berbanding terbalik dengan performa.“Terlalu bersemangat bisa meningkatkan kecemasan berlebihan dan justru membuat under performance. Maka kami melakukan pendekatan individu maupun kelompok, bersamaan dengan periodisasi latihan. Agar pemain dapat menampilkan ketenangan dan kewaspadaan serta sikap mental yang ideal saat menghadapi pertandingan,” tutur dia.
Alhasil, pemain mampu melakukan game plan dan memanfaatkan peluang termasuk di fase injury time. Kondisi tersebut tidak mudah dan membutuhkan ketenangan luar biasa dalam menghadapi tekanan pertandingan.
Afif mengatakan khusus menjelang final, tim psikolog sempat berbincang santai dengan pemain. Dia mengungkapkan pemain dengan tenang menyampaikan bila Indonesia bisa menaklukkan Vietnam dengan baik, mengapa hal sama tidak bisa, pemain lakukan saat melawan Thailand.
"Saat itulah kami menyadari bahwa tim ini sudah memiliki mentalitas yang ideal untuk menghadapi final dan itu terbukti dengan ketenangan mereka saat menghadapi situasi sulit," beber dia.
Pemain Thailand menyamakan score 2-2 pada menit akhir waktu normal. Namun, Irfan Jauhari mencetak gol saat perpanjangan waktu kemudian Fajar Fathurrahman serta Beckham Putra menyudahi permainan. Indonesia menang atas Thailand dengan skor 5-2 dan berhasil membawa pulang emas setelah penantian panjang.
Bentuk nyata kesehatan mental
Afif menyampaikan gelaran Sea Games merupakan bentuk nyata kesehatan mental yang memengaruhi kemampuan atlet unjuk diri di lapangan. Dia mengatakan proses seluruh pemain dalam dua pertandingan semifinal dan final merupakan gambaran pemain mampu menampilkan versi terbaik dari dirinya yang berkaitan dengan stabilitas emosi dan ketangguhan yang baik.Hal itu menunjukkan penampilan yang menggambarkan efek kesejahteraan psikologis pada penampilan pemain di lapangan. “Pemain memiliki kontrol yang bagus, bisa mengelola banyak aspek dalam kondisi tertekan, bahkan saat rekannya dikeluarkan wasit karena melakukan kartu merah di semifinal, mereka tetap mengelola diri dengan baik dan fokus pada tujuan,” ujar dosen psikologi Unair itu.
| Baca juga: Presiden: Timnas U-22 Punya Mental Juara |
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id