Toxic masculinity berkaitan dengan nilai-nilai yang dianggap harus ada pada pria misalnya keharusan menjadi sosok kuat. Fenomena toxic masculinity erat kaitannya dengan pandangan tradisional mengenai maskulinitas.
“Sejak dahulu kita selalu disosialisasikan mengenai nilai-nilai yang seharusnya melekat pada pria, seperti kuat, agresif, petarung, serta pemburu. Hal ini mengarah pada menonjolnya kekuatan fisik yang dimiliki pria,” kata psikolog Universitas Airlangga (Unair) Ike Herdiana dikutip dari laman unair.ac.id, Selasa, 31 Mei 2022.
Sejarah mencatat penguasa pria terlihat lebih mudah memperoleh kekuasaan dengan cara menaklukkan orang lain. “Pria merasa gagal jika tidak mampu mencerminkan stereotip tersebut dan berusaha mengangkat kembali sifat-sifat maskulinnya untuk bisa bertahan hidup,” papar dosen Departemen Psikologi Unair itu.
Ike menuturkan di Indonesia toxic masculinity masih banyak ditemui di tengah masyarakat. Frasa-frasa, seperti pria itu tidak boleh menangis; pria itu harus kuat, jangan lemah; pria itu harus melawan, jangan diam saja; masih kerap didengar dalam kehidupan sehari-hari.
“Alih-alih memberikan perhatian, yang ada bisa membuat pria menjadi merasa kehilangan harga diri dan bingung dengan kemampuan dirinya. Bahkan, toxic masculinity ini dapat mengganggu kesehatan mental individu,” tutur Ike.
Ike menekankan pentingnya pengendalian stigma mengenai pria untuk mengatasi fenomena ini. Selain itu, penting pula membangun relasi yang sehat, saling mendukung pilihan pribadi tanpa embel-embel stereotip gender, serta memperbaiki konsep maskulinitas yang keliru.
Dia juga berpesan agar orang tua membangun pola asuh positif serta suportif bagi anak laki-laki. “Jangan mengarahkan pada nilai kelaki-lakian secara berlebihan seperti anak laki-laki enggak boleh nangis dan sebagainya,” tutur Ike.
Baca: Psikolog Unair Sebut Homoseksual Bisa Muncul Bukan Karena Faktor Psikologis Saja
Cek Berita dan Artikel yang lain di
                    Google News
                
            Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id