Ilustrasi angin puting beliung. DOK ITS
Ilustrasi angin puting beliung. DOK ITS

Peneliti ITS Serukan Kesiapsiagaan Hadapi Angin Puting Beliung

Renatha Swasty • 03 Desember 2024 20:07
Jakarta: Beberapa wilayah di Indonesia diterjang angin puting beliung cukup hebat menyusul datangnya musim penghujan. Pakar mitigasi kebencanaan dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menyoroti pentingnya pemeriksaan infrastruktur dan sinergi seluruh pihak agar masyarakat selalu siap menghadapi kondisi tak terduga.
 
Peneliti senior dari Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (Puslit MKPI) ITS, Amien Widodo, menjelaskan perubahan iklim global memicu terjadinya cuaca ekstrem. Salah satunya, angin puting beliung yang kian meningkat frekuensi, kekuatan angin, kecepatan, dan jangkauan wilayah terdampaknya.
 
“Fenomena ini dikaitkan dengan keberadaan awan cumulonimbus, yang menghasilkan angin berputar dengan kecepatan tinggi kurang dari lima menit,” jelas Amien dalam keterangan tertulis yang diterima Medcom.id, Selasa, 3 Desember 2024.

Kerusakan rumah atau pohon kerap dikaitkan sebagai akibat dari terjangan angin puting beliung. Padahal, kata Amien, terdapat faktor internal yang memengaruhi daya tahan struktur.
 
Contohnya, pohon keropos, akar serabut, atau sudah tua akan lebih rentan roboh. Demikian pula, rumah dengan struktur atap yang tidak kokoh akan lebih mudah terdampak.
 
Dia mengimbau masyarakat memeriksa kondisi rumah, pohon, dan infrastruktur lainnya secara berkala. Amien meminta masyarakat lebih memperhatikan infrastruktur dan vegetasi yang berpotensi membahayakan.
 
Baca juga: Angin Puting Beliung Landa Desa Puter, 7 Rumah Rusak dan 9 Kambing Mati

Langkah paling sederhana, masyarakat dapat memastikan atap rumah terpasang dengan baik dan dalam kondisi kuat. Lingkungan sekitar juga perlu pengawasan seperti kondisi pohon dan tidak memasang benda berat di area pohon.
 
Ilmuwan Geologi ini menjelaskan ITS telah mengambil langkah proaktif membantu memerangi dampak dari angin puting beliung. Salah satunya, melalui webinar bertajuk Antisipasi Angin Puting Beliung pada Minggu, 1 Desember 2024.
 
Dalam webinar yang bekerja sama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) ini menekankan agar masyarakat bersiap hadapi fenomena ini. Amien juga sempat menyisipkan praktik pada salah satu mata kuliah di Departemen Teknik Geofisika ITS untuk menganalisis kondisi pohon di taman perkotaan di Surabaya.
 
Amien menegaskan pendekatan triple helix yang melibatkan pemerintah, akademisi, dan masyarakat turut mendukung keberhasilan memantau kondisi lingkungan. Masyarakat dapat segera melaporkan bila melihat adanya kondisi pohon yang tidak sehat dan kurang layak di sekitar.
 
Pemerintah daerah, khususnya Dinas Lingkungan Hidup (DLH), berperan penting mengeksekusi penggantian pohon yang sudah tidak sehat. “Peran akademisi sendiri berfokus pada pemetaan risk tree assessment di beberapa lokasi,” papar Amien.
 
ITS juga sedang mengembangkan alat untuk memindai kesehatan pohon. “Ke depannya, alat untuk mendeteksi kekosongan kambium yang berpotensi membuat pohon rentan roboh tersebut akan digunakan,” beber dosen Departemen Teknik Geofisika ITS tersebut.
 
Amien mengingatkan masyarakat untuk tetap mawas diri dan lebih baik berlindung di rumah ketika kondisi hujan lebat disertai petir kilat yang menyambar. “Sinergi kerja sama dan kesadaran kolektif seluruh pihak dapat meminimalkan dampak dari angin puting beliung dan tentunya keselamatan masyarakat bisa lebih terjamin,” tutur dia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan