Pakar Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) Mochammad Thaha memproyeksikan penyakit ginjal akan menjadi lima penyebab kematian tertinggi di dunia pada 2040. Thaha menuturkan setidaknya 10 persen populasi dunia menderita penyakit ginjal kronis dan diperkirakan 9 dari 10 penderita tersebut tidak menyadari bahaya penyakit yang diidapnya.
Thaha menegaskan literasi penting untuk mencegah penyakit ginjal. Tema Hari Ginjal Sedunia tahun ini bertujuan memberikan arahan menyeluruh mengenai edukasi dan literasi kesehatan ginjal, mengingat angka kematian akibat penyakit tersebut semakin meningkat.
Dia menuturkan Hari Ginjal Sedunia menjadi momentum menciptakan akses terjangkau dan merata mengenai penyuluhan kesehatan, perawatan, dan pencegahan penyakit ginjal bagi semua lapisan masyarakat.
“Kesehatan ginjal tentunya berlaku untuk siapa saja dan berlaku di mana saja, mulai pencegahan sampai deteksi dini serta pemerataan akses pelayanan,” ujar Thaha dikutip dari laman unair.ac.id, Senin, 28 Maret 2022.
Dia menuturkan penyakit ginjal umumnya tidak bergejala sehingga tidak mudah memahami penyakit ini. Akibatnya banyak orang tidak mengetahui kapan harus bertindak dan mencari pertolongan medis, mengingat tanda datangnya penyakit tidak dapat dilihat dan diraba.
“Dalam hal ini, kesadaran untuk bertindak akan meningkat melalui literasi kesehatan,” tutur dia.
Thaha menjelaskan terdapat tiga faktor risiko utama terkait penyakit ginjal kronis khususnya di Indonesia, yaitu hipertensi, obesitas, dan diabetes. Ketiganya sangat memengaruhi terancamnya kesehatan ginjal.
Hipertensi
Thaha menjelaskan hipertensi memiliki nilai rerata prevalensi 34,1 persen pada 34 provinsi. Dengan nilai prevalensi per-provinsi terendah 22,2 persen dan prevalensi tertinggi 44,1 persen.Obesitas
Obesitas memiliki nilai rerata prevalensi 21,8 persen pada 34 provinsi. Dengan nilai prevalensi per-provinsi terendah 10,3 persen dan prevalensi tertinggi 30,2 persen.Diabetes
Memiliki prevalensi diabetes melitus sebesar 8,5 persen. “Sedangkan nilai rerata prevelensi penyakit ginjal kronis sebesar 3,8 persen pada 34 provinsi, dengan nilai prevalensi per-provinsi terendah 1,8 persen dan tertinggi sebesar 6,4 persen,” papar Thaha.Thaha menyebut hal tersebut membuktikan penyakit ginjal menjadi ancaman masyarakat akan kesehatan yang kurang terpelihara. Belum lagi, edukasi minim terhadap pola kesehatan guna mendukung ginjal yang sehat.
Dia menyebut program literasi kesehatan bagi seluruh kalangan perlu digiatkan berkesinambungan. Thaha juga memberikan tips teknik komunikasi dan kolaborasi yang dapat mendukung perkembangan ide dan solusi dalam tata laksana pelayanan ginjal.
“Ambil contoh seperti di Instalasi Dialisis RS Universitas Airlangga,” tutur dia.
Thaha mengatakan dokter dan seluruh perawat instalasi dialisis dan tenaga elektromedis teknik HD tak cuma melakukan hemodialisis (terapi cuci darah). Namun, juga mendukung layanan Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) yang sudah mulai berkembang di RS Universitas Airlangga.
Dia menyebut tim menjalin komunikasi yang baik dengan seluruh pasien dan keluarga memberikan edukasi bermanfaat bagi kesehatan ginjal. Serta selalu memberikan ide-ide solutif pada kendala atau masalah-masalah yang ada serta pada tantangan perkembangan teknologi saat ini.
Thaha menyebut manajemen RS Universitas Airlangga juga selalu memberikan respons positif dan dukungan kepada tim. Salah satunya, tenaga elektromedis teknik HD diberangkatkan ke Jepang untuk belajar tentang teknologi dialisis.
"Dan dalam waktu dekat RS Universitas Airlangga siap menjadi yang pertama di Jawa Timur dengan membuka pelatihan khusus bagi teknisi dialisis yang terstandarisasi Internasional," beber dia.
Thaha mengingatkan kembali sebuah informasi yang tepercaya dan bermakna sangat penting untuk disampaikan dalam sebuah literasi. Banyak hal yang harus dilakukan untuk menjembatani kesenjangan pemahaman akan permasalahan yang ada dan beban komunitas yang timbul akibat penyakit ginjal kronik.
Dia mengatakan tanpa komunikasi yang baik, banyak ide dan solusi tidak akan berhasil diterapkan pada komunitas dan negara yang sebenarnya sangat membutuhkan. “Tentu dalam pelaksanaannya, ikhtiar tetap kita laksanakan, dan selebihnya tawakal kepada Yang Maha Kuasa," kata Thaha.
Baca: Hindari Kebiasaan-kebiasaan Berikut demi Menjaga Ginjal Tetap Sehat
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News