Mitra industri diharapkan memberikan insentif kepada perguruan tinggi untuk mengembangkan inovasi bersama. Pemberian insentif dari mitra ini menjadi jurus agar perguruan tinggi tidak terus bergantung pada anggaran pemerintah setiap kali melakukan penelitian.
"Jadi, KedaiReka ini kita gunakan untuk membiayai program Kampus Merdeka kita memobilisasi pendanaan dari mitra," ujar Plt Dirjen Diktiristek Kemendikbudristek, Nizam, dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi X, Kamis, 10 Februari 2022.
Nizam menyebut anggaran riset dari mitra industri harus terus diakselerasi. Hal itu agar ke depan anggaran dari pemerintah tidak terserap banyak.
Dia mencontohkan Thailand. Belanja riset di Thailand saat ini 73 persen didukung swasta atau mitra industri dan hanya 9 persen dorongan pemerintah.
"Sementara itu, di Indonesia bantuan swasta hanya 26 persen dan pemerintah 29 persen," tutur Nizam.
Saat ini, rekanan KedaiReka di antaranya 67 persen dari industri, 29 persen Badan Usaha Milik Desa (Bumdes), 3 persen pemerintah, dan 1 persen koperasi. Bidang yang dihasilkan dari KedaiReka beragam.
"Tidak hanya di bidang sains teknologi atau engineering. Tapi juga ada inovasi yang dihadirkan pada bidang pariwisata, manufaktur, kesehatan, pertanian, dan lainnya," beber Nizam.
Baca: Anggaran Riset Indonesia Sangat Rendah dari GDP
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
