Abduh mengatakan pembayaran UKT lewat Danacita bukan opsi utama yang harus diambil mahasiswa. Masih banyak opsi lain yang disediakan di tengah kendala membayar biaya kuliah.
"Opsi ini bisa untuk kebutuhan mahasiswa tertentu, misalnya MBA, program profesi, dan lain sebagainya yang berinvestasi bagi karier mereka. Tentu bukan untuk mahasiswa S1 kurang mampu, tidak akan lolos review dari lembaga nonbank tersebut," kata Abduh dalam konferensi pers daring, Rabu, 31 Januari 2024.
Dia mengatakan saat ini yang menggunakan pinjol Danacita hanya mahasiswa dari program S2. "Yang meminjam tidak banyak hanya 10 orang dengan baru-baru ini dan itu lebih banyak mahasiswa pascasarjana bukan mahasiswa sarjana," ucap dia.
Meski menuai polemik, kerja sama ITB dan Danacita tidak akan berhenti. Sebab, ITB telah menandatangani Momerandum of Understanding (MoU) dengan Danacita.
"Terkait pinjol ini dikonfirmasi kembali bahwa Danacita ini adalah fintech untuk membantu dunia pendidikan sehingga ada potensinya untuk dimanfaatkan masyarakat. Tapi kan tetap harus diregulasi jangan sampai kebablasan," ujar Abduh.
Sebelumnya, sebanyak 120 mahasiswa ITB malapor tidak dapat mengisi Formulir Rencana Studi (FRS) karena masih menunggak pembayararan UKT. Saat yang sama, ITB menawarkan opsi pembayaran berupa pinjaman online melalui platform Danacita dengan tawaran pinjaman Rp12,5 juta pembayaran Rp15,5 juta pada 12 bulan pembayaran.
| Baca juga: ITB Masih Kerja Sama dengan Pinjol Danacita, Tapi Tarik Skema Pembayaran dari Website |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
