"Saya mengajak semua teman ayo batik kita hayati dan sosialisasikan kepada masyarakat dan dunia internasional," kata Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kemendikbud, Restu Gunawan saat diskusi virtual dalam rangka peringatan Hari Batik Nasional, Jumat, 2 Oktober 2020.
Kemendikbud, ujar dia, juga terus berupaya mengedukasi, menyosialisasikan batik sebagai warisan bangsa. Salah satunya melalui pengenaan seragam bagi anak sekolah.
Bahkan, kata Restu, di tengah situasi pandemi covid-19 anak-anak sekolah masih tetap menggunakan batik selama proses pembelajaran jarak jauh. Secara umum, batik harus dijadikan sebagai branding bangsa dan dalam waktu bersamaan batik juga menjadi bagian dari diplomasi budaya.
Baca juga: Hari Batik Nasional 2 Oktober, Begini Sejarah Penetapannya
Oleh karena itu, ia berharap pada pertemuan-pertemuan besar baik di dalam maupun luar negeri para petinggi negara hendaknya menggunakan batik dan tidak selalu mengenakan jas.
"Ini penting kita lakukan, apalagi UNESCO sudah mengakui batik sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan nonbendawi," katanya.
Sementara itu, Ketua Dewan Pembina Yayasan Tjanting Batik Nusantara, Pheo M. Hutabarat mengatakan, yayasan tersebut terus berusaha mengenalkan batik sebagai warisan anak bangsa melalui Kuklik Batik: Sentra Pasar Batik Digital Indonesia.
Sebagai wujud nyata dalam memberikan solusi atas keterbatasan pemasaran kain batik, maka Yayasan Tjanting Batik Nusantara dengan sejumlah pihak meluncurkan Kuklik Batik.
Secara etimologi, kata batik berasal dari Bahasa Jawa dengan dua suku kata yakni "amba" dan "tik" atau "nitik". Amba berarti menulis, lebar atau luas dan tik atau nitik berarti titik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News