diskusi publik bertema “Mengapa Rasisme Masih Ada di Amerika Serikat?”. Foto: Dok. Universitas Moestopo
diskusi publik bertema “Mengapa Rasisme Masih Ada di Amerika Serikat?”. Foto: Dok. Universitas Moestopo

Universitas Moestopo Gelar Diskusi Publik Bahas Isu 'Rasisme di Amerika Serikat'

Citra Larasati • 04 Oktober 2022 18:00
Jakarta:  Senat Mahasiswa Fisip Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) menggelar diskusi publik bertema “Mengapa Rasisme Masih Ada di Amerika Serikat?”.  Diskusi mengupas mengenai sebab, akibat, motif hingga kampanye pemerintahan presiden Donald Trump dan kebijakan presiden Joe Biden dalam mengatasi kasus Anti Asia. 
 
Laporan terbaru dari China Society for Human Rights Studies (CSHRS) 2022 menyebut, kasus Anti Asia bermula dari penyebutan korona (Covid-19) sebagai virus China oleh beberapa politisi Amerika Serikat, termasuk presiden Donald Trump.  Stigma tersebut diperparah oleh superioritas warga kulit putih Amerika Serikat atas keturunan Asia yang merupakan kaum minoritas teladan (model minority) di Amerika.
 
Ditambah lagi, rivalitas, ketegangan, dan konflik antarkedua negara, Amerika Serikat dan China yang semakin memperparah rasisme Anti Asia di Amerika Serikat.

Ketua Umum Senma FISIP UPDM(B), Dimas Satria Krisnowo mengatakan, pihaknya tergerak untuk mendiskusikan fenomena Asia Hate atau Anti Asia yang terjadi dan ada di negara yang mengklaim dirinya sebagai pelopor, penyebar, bahkan menegakkan nilai-nilai HAM dan demokrasi di negara-negara lain. "Kita berharap dari diskusi ini bisa mengambil manfaat, bahwa Indonesia yang majemuk, mampu menyatukan perbedaan, bukan menghembuskan permusuhan," terangnya.
 
Sementara itu, Dekan Fisip UPDM(B), Himsar Silaban dalam sambutannya, mengapresiasi diskusi publik ini, “Saya bangga dengan teman-teman Senat yang mampu menghadirkan diskusi publik yang mengangkat dinamika isu rasisme di Amerika Serikat dengan menghadirkan para pembicara dari berbagai kalangan yang tentu akan menambah khazanah, wawasan, dan pengetahuan para sivitas akademika yang ada di lingkup Fisip UPDM(B)," terangnya.
 
Anggota Dewan Redaksi Media Group, Abdul Kohar menjadi moderator diskusi publik mulai membuka, dengan pertanyaan besar, ”Konteks diskusi ini kita ingin membahas anomali Amerika, negara yang menjadi pelopor, penyebar, bahkan menegakkan nilai-nilai HAM dan demokrasi di negara-negara lain. Namun, hingga detik ini belum bisa menuntaskan problem rasisme yang melekat dalam diri Amerika Serikat," kata Kohar.
 
Menurut Kohar, menguatnya sentimen rasisme Anti Asia di Amerika Serikat menunjukkan kemunduran sekaligus menjauh dari American Dream yang memimpikan kesetaraan, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, dan anti rasisme.
 
Sedangkan Kesi Yovana dari Program Studi Hubungan Internasional FISIP UPDM(B) menambahkan, adanya fenomena dan kasus hate crime, anti Asia di Amerika Serikat tidak lepas dari kampanye Trump yang menyudutkan China.
 
Apalagi saat pandemi covid-19, ujaran kebencian seperti virus China, Kung Flu, dan Wuhan virus semakin membangkitkan kebencian Anti-Asia di Amerika. Belum lagi, meningkatnya eskalasi konflik dan ketegangan hubungan antara Amerika Serikat dan China semakin mempengaruhi masyarakat untuk melepaskan kebencian pada sesama manusia.
 
Sementara itu, dalam diskusi publik yang dihadiri oleh ratusan mahasiswa ini, Addin Jauharudin, Bendahara Umum PP GP Ansor, menuturkan, rasialisme merupakan isu tertua di dunia. "Isu Anti-Asia di Amerika Serikat harusnya menjadi bahan refleksi bagi kita," katanya.
 
Menurut Addin, Amerika Serikat dan Indonesia sama-sama menganut demokrasi, namun memiliki karakter dan corak yang berbeda. Demokrasi Indonesia berlandaskan pada prinsip musyawarah-mufakat dalam politik dan gotong royong dalam ekonomi.
 
"Sehingga sudah selayaknya dan sepatutnya Amerika Serikat belajar dari Indonesia untuk menghargai perbedaan, menyatukan kemajemukan, dan menjunjung tinggi kemanusiaan dan peradaban dalam Bhinneka Tunggal Ika," tutupnya.
Baca juga:  Masih Ada yang Tak Puas dengan Lulusan UI Saat Masuk Dunia Kerja


 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan