Dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Rahmantio Adi, menyebut kipas angin biasanya dijadikan alternatif untuk memperbaiki suhu di ruangan khususnya kamar tidur.
“Secara ilmiah, kipas angin merupakan intervensi yang efektif untuk mengurangi risiko sudden infant death syndrome pada bayi di lingkungan tidur yang panas dan hal itu juga merupakan faktor eksternal,” ujar Rahmatio dikutip dari laman unesa.ac.id, Senin, 6 November 2023.
Dia mengungkapkan penggunaan kipas angin terus menerus dapat memberikan dampak negatif, seperti mengeringkan mulut, hidung, dan tenggorokan. Hembusan angin yang dihasilkan dapat mengedarkan debu dan serbuk sari di udara.
Angin yang bercampur dengan unsur yang berbahaya dapat memicu alergi pada sebagian orang seperti hidung tersumbat. Oksigen yang masuk juga kurang sehingga dapat menyebabkan sakit kepala.
“Kipas angin dapat meningkatkan risiko penyebaran kuman, seperti virus dan bakteri. Namun hal ini terjadi jika aliran udara pada ruangan kurang baik. Jika ventilasi baik, kipas angin sebenarnya dapat meningkatkan aliran ventilasi dan menurunkan penyebaran kuman,” tutur dia.
Dia menyarankan untuk mengurangi risiko penggunaan kipas angin untuk tidak terus menerus mengarahkan hembusan kipas ke bagian tubuh atau bisa juga menggunakan mode swing. Hal serupa juga terjadi pada penggunaan pendingin udara (AC).
Rahmantio mengakui AC membuat tubuh terasa lebih segar dengan kemampuan mendinginkan ruangan lebih optimal dibandingkan dengan kipas angin. Namun, sirkulasi udara terbatas dan selalu sama dalam ruangan.
“Pendingin ruangan, baik kipas maupun AC memang sangat diperlukan pada kondisi suhu panas. Namun penggunaannya perlu diatur. Selain itu, perlu diseimbangi dengan olahraga teratur dan makan yang bergizi agar terhindar dari dehidrasi,” ujar dia.
Rahmatio memberikan beberapa tips lain agar tidak merasa gerah saat tidur di malam hari. Pertama, memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan, dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan serta aman.
Kedua, memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privasi atau keleluasaan pribadi yang cukup, nyaman, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah.
Ketiga, memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan.
"Cukupkan sinar matahari pagi, lindungi makanan dan minuman dari pencemaran, di samping pencahayaan dan penghawaan yang cukup, bebas dari hama kering dan bebas dari debu dan kotoran,” papar Rahmatio.
Keempat, memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah. Antara lain persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir serta efisien dan hemat energi.
Baca juga: Tanaman Ini Bisa Kurangi Dampak Cuaca Panas Ekstrem Lho! |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id