Guru sebagai pendidik diharapkan mampu menjadi pionir dalam menginisiasinya agar siswa-siswi terus mendapatkan kesan yang menyenangkan saat belajar di sekolah. Hal tersebut berangkat dari hakikat pendidikan yang disampaikan oleh Ki Hadjar Dewantara, bahwa tujuan dari seorang anak yang ingin terus belajar dari alam kehidupan adalah untuk mencapai keselamatan hidup, kebahagiaan, dan menjadi manusia yang seutuhnya.
Dengan itu, proses belajar akan mampu melampaui sekat-sekat mata pelajaran dan ruang kelas. Sayangnya, proses belajar yang terlaksana pada sekolah-sekolah di Indonesia seringkali masih bertentangan dengan hakikat pendidikan tersebut, contohnya adalah proses belajar yang tidak berhasil membuat rasa ingin tahu anak menjadi tinggi, sehingga sulit bagi mereka untuk berpikir kritis dan menemukan pikirannya sendiri, lalu, terpaku hanya pada buku cetak dan kurikulum, serta tidak mengajarkan keterampilan hidup yang mengasah kekuatan diri.
Beberapa hal tersebut merupakan poin-poin utama yang disampaikan oleh Muhammad Nur Rizal, founder dari Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) ketika menjadi pembicara dalam workshop di Kota Bontang. Rizal menyampaikan materi dalam rangka merayakan Hari Pendidikan Nasional 2024, dengan judul, “Gerakan Sekolah Menyenangkan PAUD, SKB/PKBM, SD, SMP, SMA/SMK, Se-kota Bontang”.
“Workshop ini, Bapak dan Ibu sekalian, bukan hanya sekadar workshop biasa. Namun, paska workshop ini yang menjadi perhatian kita, untuk jangka panjang. Kita akan terus dibimbing untuk melakukan perubahan melalui komunitas GSM, lewat spirit dan ilmu yang dapat membuka kesadaran dan wawasan tentang nilai-nilai dasar pendidikan yang memanusiakan manusia,” tegas Kepala Dinas Pendidikan Kota Bontang, Bambang Cipto Mulyono dalam siaran persnya, Senin, 27 Mei 2024.
Bambang juga mengatakan, ia mendapatkan banyak pelajaran dari salah satu komunitas GSM di Gunung Kidul yang memperlihatkan dinamika sekolah menyenangkan, dengan guru yang inspiratif, serta murid-murid yang ceria. Hal tersebut bersesuaian dengan visi dari GSM, yaitu memberikan ruang bagi siapapun yang ingin terlibat dalam perubahan pendidikan, tanpa mengenal gelar, jenjang, status, ataupun jabatan. Bahwa murid sekalipun dapat menjadi kontributor di dalam gerakan ini.
Di dalam pesan pembukaannya, Rizal, founder dari GSM, menyatakan kekagumannya terhadap Dinas Pendidikan Kota Bontang yang secara terbuka mengkritik sistem pendidikannya sendiri. Termasuk lewat sitkom blak-blakan yang diakui sebagai pengalaman pertamanya disuguhkan penampilan sejujur itu setelah mengunjungi berbagai macam kota.
“Kalau wali kotanya, kepala dinasnya, blak-blakan begini, mestinya ada kebahagiaan nantinya. Kenapa? Karena ciri orang yang mencapai kebahagiaan itu, dia tidak terikat dengan segala kebendaan. Itu kata Marcus Aurelius, seorang filsuf. Jadi, kalau anda sudah mampu mengkritik diri anda sendiri, berarti Anda sudah tidak terikat lagi pada ego sendiri, maka di titik itu anda akan terbuka, di titik itu juga, Tuhan akan memberikan kreativitas dan imajinasi. Jadi, luar biasa,” ungkap Rizal.
Selain itu, Rizal juga menyoroti kesadaran kolektif sebagai kunci utama lainnya dalam menciptakan perubahan. Sekaligus memperingati Hari Kebangkitan Nasional, Rizal mengaitkan semangat pelaku pendidikan Kota Bontang dengan bagaimana para pemuda pendiri organisasi Boedi Oetomo yang menyadari bahwa mereka tidak sepatutnya menjadi rakyat terjajah secara terus menerus, sehingga mereka bergerak dan berteriak kepada sesama pemuda daerah lainnya sampai terbebas dari keterikatan dan penindasan.
“Jadi, kalau tadi sitkomnya itu membangun sebuah kesadaran kolektif agar kita mau keluar dari persoalan dan merasa kita belum cukup untuk terus berkembang, berarti Kota Bontang ini sudah menerapkan budaya berhakikat pendidikan,” ucap Rizal.
“Hakikat pendidikan itu bukan untuk membuat kita pintar, melainkan menyadarkan diri untuk selalu merasa belum selesai dan cukup berpengetahuan, sehingga kita akan terus mencari tahu, serta bebas berkreasi untuk memberikan dampak,” tambahnya.
Basi Rase, Wali Kota Bontang juga sempat mengutarakan rasa setujunya dengan Rizal, cinta dan kebahagiaan merupakan spirit utama yang harus dicapai pendidikan di kota Bontang. Lebih dari itu, ia mengajak guru-guru untuk mencoba mengimplementasikan kedua hal tersebut.
“GSM ini sepertinya mengajak kita membenahi pendidikan kita agar tidak kalah dari bangsa lain,” ucap Basi Rase.
Begitu juga dengan Ketua BPMP Provinsi Kalimantan Timur, yaitu Jarwoko yang sepakat bahwa hakikat pendidikan seperti yang telah disampaikan oleh Founder GSM, Rizal, yaitu untuk menggali rasa ingin tahu, imajinasi dan mengeluarkan potensi bawaan manusia, harus terus dipaparkan dalam pelatihan-pelatihan untuk guru.
“Itulah mengapa banyak pelatihan, tetapi tidak mengubah mindset dan kualitas guru, karena seringkali pelatihan kehilangan hal yang paling utama, yakni hakikat pendidikan yang tidak pernah diajarkan,” tegas Jarwoko.
Rizal kemudian menutup bahwa guru yang sangat paham hakikat pendidikan, tindakannya akan dijiwai oleh spirit Prometheus, seorang manusia setengah dewa di hikayat Yunani yang rela berkorban dihukum abadi karena mencuri api pengetahuan dari taman Zeus untuk diberikan kepada manusia agar berpengetahuan sehingga bisa terhindar dari kedinginan dan kegelapan di bumi.
"Itulah kekuatan cinta Prometheus kepada manusia seperti layaknya cinta guru kepada murid-muridnya," tutup Rizal.
Baca juga: Video Promosi SLB Negeri 1 Sleman Ini Viral, Tuai Pujian Netizen: Auranya Positif Banget
|
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id