Kepala Departemen Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Arie Dipareza Syafei mengimbau masyarakat tidak panik menghadapi fenomena hujan es. Dia menjelaskan hujan es sebenarnya memiliki kandungan yang tidak jauh berbeda dengan hujan biasa.
“Hanya berbeda bentuk, yang satu air, yang satu padat,” ujar Arie dalam keterangan tertulis, Rabu, 23 Februari 2022.
Arie menyebut hujan es membawa polutan dari atmosfer. Hujan es tak sekadar membawa partikel debu berukuran kecil.
Dia mengungkapkan hujan es juga mengandung gas-gas emisi, seperti nitrogen dioksida, sulfur dioksida, dan karbon monoksida. Arie menyebut hujan memang membawa polutan karena zat-zat emisi dari bumi akan bertumbukan dan menempel dengan droplet air di atmosfer.
“Dalam kasus hujan es, campuran air tersebut mengalami kristalisasi akibat pergerakan udara yang memengaruhi suhu,” jelas dia.
Arie meminta masyarakat mewaspadai sebaran polutan yang meluas dari hujan es. Dia menjelaskan turbulensi angin akan mempercepat proses pengenceran polutan.
Artinya, gugus-gugus emisi dalam hujan es akan terdispersi lebih cepat dan luas. Peraih gelar doktoral di Universitas Hiroshima, Jepang, ini menuturkan ketika angin bergerak lurus secara horizontal, polutan dalam hujan es berpotensi terbawa ke wilayah lain yang ada di dekatnya.
“Seperti kemarin, fenomena hujan es tidak hanya terjadi di Surabaya, tapi dikabarkan juga terjadi di Madiun, Nganjuk, hingga Kediri,” papar dia.
Arie berharap pengalaman menyaksikan hujan es membuat masyarakat lebih berhati-hati dan teredukasi. Masyarakat harus sadar dalam bongkahan-bongkahan es tersebut terkandung senyawa polutan yang tidak ramah bagi lingkungan dan kesehatan.
“Jangan mentang-mentang hujan es, dipakai untuk minum es teh,” canda Arie.
Baca: Hujan Es Berpotensi Terjadi hingga Mei
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id