“Kondisi ini menunjukkan banyak perusahaan di Indonesia yang sulit mencari karyawan dengan kemampuan digital yang memadai,” kata Ida saat memberikan pembekalan bagi calon wisudawan Universitas Gadjah Mada (UGM) periode I TA 2022/2023 dikutip dari laman ugm.ac.id, Rabu, 23 November 2022.
Ida mengatakan ada persoalan di era digital di Tanah Air. Dia menyebut di tengah ledakan adopsi teknologi, daya saing digital Indonesia masih rendah dan tidak sedikit perusahaan kesulitan mencari karyawan dengan kemampuan digital tinggi.
Dia menyebut digitalisasi telah membawa perubahan terhadap jenis pekerjaan dan skill yang dibutuhkan di pasar kerja. Tumbuhnya jenis pekerjaan baru membutuhkan kompetensi baru yang harus dikuasai tenaga kerja agar tidak tertinggal dalam persaingan global.
Tenaga kerja dituntut tidak hanya menguasai penguasaan teknologi, namun memiliki soft skill memadai. Ida menyebut di era kemajuan teknologi saat ini soft skill sangat dibutuhkan.
Sebab, hard skill bisa dipenuhi dengan teknologi, tetapi soft skill tidak bisa dipenuhi teknologi, namun dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, dibutuhkan pemikiran kreatif, inovatif, analitis, kritis, fleksibel dan kewirausahaan dari generasi muda agar bisa berdaya siang memasuki dunia kerja di era digital.
“Hal-hal ini harus menjadi highlight dalam mempersiapkan diri memasuki dunia kerja di tengah kemajuan teknologi dan informasi,” tutur dia.
Ida mengatakan digitalisasi tidak hanya menggeser kebutuhan keterampilan dan kenis pekerjaan saja, tetapi juga meningkatkan risiko mismatch pasar kerja. Saat ini, masih dijumpai kondisi mismatch di pasar kerja baik secara vertikal maupun horisontal.
Mismatch vertikal yakni ketika seorang bekerja tidak sesuai dengan level pendidikan, misalnya lulusan sarjana mengerjakan pekerjaan yang bisa dikerjakan lulusan SMA. Lalu, mismatch horisontal yaitu ketidakcocokan antara latar belakang pendidikan dan pekerjaan, seperti lulusan sarjana teknik mesin bekerja sebagai manajer keuangan.
“Masih bersyukur saat mismatch tetap mau bekerja, ada proses reskilling dan upskilling. Yang jadi masalah karena tidak mau lakukan reskilling dan upskilling, lebih senang menganggur karena tidak ada kesesuaian, tidak mau sengsara. Kalau ini terjadi maka lulusan perguruan tinggi akan jadi penyumbang pengangguran di Indonesia,” tegas dia.
Ida berpesan kepada calon wisudawan UGM untuk tidak takut terhadap digitalisasi meskipun tantangan dunia kerja di Indonesia sangat kompleks. Sebab, kebutuhan di pasar kerja pada era digital lebih membutuhkan soft skill.
Seperti pemikiran analitis, inovatif, kreatif, kepemimpian dan pemberi pengaruh sosial dan lainnya. Dia mendorong tenaga kerja muda dapat menguasai soft skill yang dibutuhkan di era digital saat ini.
Tenaga kerja muda juga diharapkan bisa berpartisipasi aktif dalam komunitas atau jejaring keterampilan kontemporer. Misalnya, komunitas desain komunikasi visual, content creator, vlogger, youtuber, seni, dan lainnya.
"Jangan pernah berhenti belajar, jangan mudah menyerah terhadap persaingan di pasar kerja. Terus bangun komunikasi dan profesionalitas di tempat kerja dan membangun keterampilan diri," ucap dia.
Baca juga: Kemendikbudristek: MBKM Jadi Jalan Pintas Hadirkan 60 Ribu Talenta Digital |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News