“Di Uzbekistan didirikan sekolah Indonesia, di Indonesia didirikan sekolah Uzbekistan. Di masing-masing negara itu terdapat materi persahabatan kedua negara,” kata Gobel saat mengadakan pertemuan dengan Menteri Pendidikan Umum Uzbekistan, Bakhtiyor Saidov, dalam Konferensi Dunia tentang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dalam keterangan tertulis, Rabu, 16 November 2022.
Konferensi diadakan oleh Unesco dan bekerja sama dengan pemerintah Uzbekistan. Gobel didampingi anggota DPR Ratih Megasari Singkaru, Ary Egahni Ben Bahat, dan Tina Nur Alam. Hadir pula Duta Besar Indonesia untuk Uzbekistan Sunaryo Kartadinata.
Usulan Gobel itu untuk menjawab permintaan Bakhtiyor tentang hal-hal yang bisa dilakukan agar Uzbekistan bisa belajar tentang sistem pendidikan di Indonesia. “Kami sudah mempelajari sistem pendidikan di Indonesia, sehingga kami bisa belajar,” kata Bakhtiyor.
Gobel mengatakan majunya suatu negara bukan ditentukan seberapa banyak kekayaan sumber daya alam yang dimiliki. “Majunya suatu negara ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia,” kata dia.
Saat ini, Indonesia sedang mengejar visi 2045 saat Indonesia berusia 100 tahun. Mereka yang kini masih anak-anak dan remaja, pada saat itu sudah mulai memiliki peran.
Gobel menyebut pendidikan inklusif, merata, dan terjangkau merupakan ciri dari suatu masyarakat beradab. Dia menyebut apabila terjadi kiamat besok, tak ada alasan untuk berhenti membangun sekolah.
"Jika ada satu anak tak bisa sekolah, bagaimana mungkin suatu negeri bisa mengaku beradab? Jika semua anak bisa sekolah, bagaimana mungkin suatu negeri bisa tak maju? Pemerintah dan parlemen harus berdiri tegak dengan taruhan apa pun untuk membangun pendidikan,” kata Gobel.
Politikus NasDem itu mengatakan semua bangsa di dunia harus bersama-sama membangun optimisme bukan pesimisme dalam membangun peradaban bagi generasi di masa depan. Dia menyebut semua orang harus mewariskan semangat dan cita-cita mulia.
“Pendidikan adalah kunci. Ia menjadi dasar bagi membangun kemajuan dan kemakmuran bersama dan bagi keberlanjutan semesta,” kata dia.
Dia juga mengatakan pendidikan merupakan basis bagi kemajuan suatu bangsa. Menurutnya, tak ada bangsa maju yang pendidikannya tertinggal. Karena itu membangun pendidikan merupakan suatu keharusan.
Gobel bercerita pengalaman Indonesia membangun pendidikan inklusif dan merata bagi seluruh penduduk. Hal itu bermula dari lahirnya Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 10 Tahun 1973.
Saat itu, pemerintah membangun gedung-gedung sekolah dasar di seluruh Indonesia, karena itu kemudian dikenal sebagai SD Inpres. Ada 61 ribu SD Inpres yang didirikan.
Hal itu kemudian diteliti oleh tiga peneliti dari MIT, Universitas Harvard, Amerika Serikat, yaitu Esther Duflo, Abhijit Banerje, dan Michael Kramer. Pada 2019, ketiganya mendapat hadiah Nobel di bidang ekonomi berkat penelitiannya tersebut. Penelitian tersebut membuktikan pendidikan yang baik bisa mengurangi angka kemiskinan serta meningkatkan ekonomi.
Pada 2022, jumlah SD sudah mencapai 174.992. Sedangkan jumlah sekolah TK mencapai 121.973. Adapun rasio guru dengan murid tingkat SD adalah 1 guru untuk 15 murid. Sedangkan untuk TK adalah satu guru untuk 10 murid.
Adapun jumlah murid per kelas untuk tingkat SD 22 orang. Bahkan, Indonesia melangkah lebih jauh dengan membangun PAUD di setiap desa di seluruh Indonesia.
Gobel mengatakan setiap negara harus membangun kerja sama di bidang pendidikan. “Kita hidup di planet yang sama, menghirup udara yang sama, dan kita manusia yang sama. Fenomena climate change, ancaman krisis pangan global, dan pandemic Covid-19 makin menyadarkan kita bahwa kita itu hakikatnya satu. Banyak hal yang bisa dilakukan bersama,” kata dia.
Gobel menyebut bisa dilakukan pertukaran pelajar dan guru; melakukan riset bersama; pelatihan bersama; bertukar pengalaman dalam membangun kesejahteraan guru; kerja sama pendidikan bahasa; kerja sama pendidikan kejuruan; kerja sama membangun platform digital dalam dunia pendidikan; kerja sama mengembangkan asesmen pelajar; dan kerja sama mengembangkan konsep pendidikan di pedesaan.
Dia juga menyampaikan pentingnya filosofi dalam memajukan suatu bangsa, yaitu people before the product. Hal ini yang oleh orang Jepang disebut sebagai hitozukuri sebelum monozukuri.
Dalam konsep seperti ini, penekanan bukan hanya pada kemampuan membuat barang tapi pada filosofi dan state of mind di balik pembuatan barang tersebut.Produk menjadi persembahan yang keluar dari sebuah karakter suatu bangsa.
"Sebelum berbicara tentang produk maka terlebih dahulu berbicara tentang manusia. Investasi terbaik adalah investasi di bidang pendidikan, apalagi pendidikan usia dini,” kata Gobel.
Baca juga: Gobel: Nadiem Tak Paham Kebutuhan Pendidikan Indonesia, Lebih Sibuk Bikin Jargon |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News