"Penyelenggaraan PTM 100% tentunya pemerintah dan stakeholder terkait sudah mempertimbangkannya, tetapi harus diikuti dengan 3T," kata Gunadi dikutip dari siaran pers UGM, Selasa, 25 Januari 2022.
Ia menegaskan langkah 3T sebaiknya dilakukan secara acak, serta rutin. Dengan begitu, diharapkan dapat memutus mata rantai penularan covid-19, termasuk varian Omicron dengan kemampuan penyebaran lebih cepat daripada varian Delta.
"Karena gejala umumnya tidak berat, OTG, jadi tidak tahu apakah anak-anak dan guru membawa virus atau tidak sehingga dilakukan testing secara acak dan berkala. Jangan menunggu ada klaster atau positif baru ditracing ini terlambat," paparnya.
Baca: Universitas Bengkulu Mulai Gelar Kuliah Tatap Muka
Apabila tracing baru dilakukan saat muncul klaster di sekolah, lanjutnya, akan berpotensi menyebarkan virus secara lebih luas dalam keluarga dan menjadi klaster baru. Namun, jika testing dapat dilakukan secara acak dan rutin akan menjadikan mitigasi covid-19 lebih baik.
"Pendidikan tidak mungkin tidak berjalan. Kendati begitu, suatu kebijakan harus ada konsekuensi-konsekuensi yang harus dipenuhi pemerintah jangan sampai mengkorbankan kesehatan anak-anak itu sendiri," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News