Inovasi bed pasien otomatis ini dibuat oleh Gibran Dzikri Nakhwa Rabbani, Bima Aditya, Umar Faruq Assyadillah, Gusti Rangga Abdillah, dan Anissa Dwi Lathifa dengan dosen pembimbing Dzulkiflih dan Agung Prijo Budijono. Ranjang ini dibuat dari pengalaman Dzulkiflih yang salah satu keluarganya menderita penyakit liver.
Gejala penyakit ini seperti cepat kelelahan dan nyeri perut bagian atas yang membuat penderitanya tidak bisa banyak bergerak, susah bangun, dan duduk. Ketika di rumah sakit, perawatannya cukup susah ketika akan berbaring, duduk, dan bangun.
Sebab, ranjang pasien belum otomatis. Pasien terpaksa memakai cara manual bahkan menggunakan bantuan bantal.
“Selain keluarga saya itu, tentu banyak pasien yang merasakan hal yang sama. Nah, dari situlah saya dan teman-teman membuat bed pasien yang lebih nyaman dan praktis alias otomatis. Dengan memencet remote saja, kasus bisa diatur sesuai kebutuhan baik itu tingkat ketinggian maupun kemiringannya," beber dosen FT itu dikutip dari laman unesa.ac.id, Senin, 5 Juni 2023.
Dia menjelaskan bed pasien otomatis karya Unesa dilengkapi dengan berbagai fitur. Pertama, fitur side tilting atau kemiringan kasur dapat diatur hingga 45 derajat ke kanan dan ke kiri.
Kedua, fitur headrest yang bisa mengatur kemiringan sandaran kepala hingga 70 derajat ke atas dari posisi datar. Ketiga, fitur foot rest untuk menaik turunkan permukaan matras untuk kaki hingga 20 cm ke atas dan 15 cm ke bawah.
Keempat, fitur open duty untuk membuka akses pintu pembuangan kotoran di bawah matras. Kasur ini juga menggunakan tiga motor linier sebagai penggerak yang diklaim mampu menahan beban hingga 150 kg.
“Semua mekanisme gerak ini bisa menggunakan remote, baik secara kabel maupun wireless mengikuti dari kebutuhan instansi kesehatan,” beber Dzulkiflih.
Agung mengungkapkan pembuatan inovasi ini memakan waktu pengerjaan selama 4 bulan. Saat ini, suda lima unit diproduksi bekerja sama dengan CV Cahaya Berkah Gusti skema Kedaireka.
Dia menyebut kasur ini telah memakai kualitas dengan standar kesehatan, bahkan cat yang digunakan juga khusus. “Kasur ini juga bisa dipasangkan baterai atau aki, sehingga gangguan listrik bisa diminimalisir,” ungkap dia.
Dosen teknik mesin itu juga menyebut pada pembuatan kasur ini harus mengimpor beberapa bahan dari luar negeri. Kasur ini merupakan pembaruan dari versi pertama yang awalnya hanya dua unit saja kemudian dikembangkan lagi fitur dan mekanismenya.
Saat ini, tim sedang berfokus pada proses pemasaran dan menjalankan beberapa kerja sama dengan sejumlah instansi kesehatan di Surabaya dan Sidoarjo terkait penambahan fitur. Ke depan, bed pasien otomatis dirancang dapat mengoptimalisasikan roda agar memudahkan pergerakan kasur sehingga lebih mudah dijalankan dengan pola troli supermarket.
Baca juga: Mahasiswi Unesa Rancang Media Pembelajaran Olahraga Berbasis Augmented Reality |
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id