“Pembelajaran bahasa Indonesia yang diikuti oleh para diplomat akan memberikan manfaat yang sangat besar untuk melakukan tugas-tugas kediplomasian, apabila Bapak/Ibu mengenal dan menggunakan bahasa Indonesia,” kata Kepala Badan Bahasa, E. Aminudin Aziz, dalam keterangan tertulis yang diterima Medcom.id, Jumat, 27 September 2024.
Aminudin menyampaikan sejak 20 November 2023, bahasa Indonesia telah disetujui menjadi salah satu bahasa resmi sidang umum UNESCO. Hal ini diharapkan menjadi peluang bagi lembaga dan diplomat asing di Indonesia maupun diplomat Indonesia di negara asing dapat mengembangkan bahasa Indonesia.
“Saya mendorong Pustanda untuk segera melakukan pendaftaran bagi para diplomat di tahun yang akan datang agar semakin banyak peserta yang mengikuti program ini,” ucap Aminudin.
Ia berharap pembelajaran bahasa Indonesia untuk para diplomat dapat terus berlanjut di tahun yang akan datang dan dapat dimulai lebih awal sebelum bulan Maret. Sebab, pada bulan Juli dan Agustus merupakan masa libur untuk sebagian besar diplomat.
Kepala Pusat Penguatan dan Pemberdayaan Bahasa, Iwa Lukmana, mengatakan program ini untuk memfasilitasi pembelajaran bahasa Indonesia bagi perwakilan negara sahabat yang berkedudukan di Jakarta. Sekaligus, memperkuat hubungan antara Indonesia dan negara sahabat.
“Fasilitasi pembelajaran ini bukan hanya tentang mengajarkan bahasa Indonesia, namun tentang membangun fondasi yang lebih kuat untuk kerja sama dan persahabatan antarbangsa,” ucap dia.
Program tersebut merupakan bentuk fasilitasi bahasa Indonesia untuk diplomat negara sahabat yang sedang menjalankan misi di Indonesia, khususnya di Jakarta. Sebagai langkah awal, dilaksanakan tes penempatan yang bertujuan mengukur tingkat pemahaman berbahasa Indonesia calon peserta untuk menempatkan mereka pada level yang tepat.
Peserta telah mengikuti rangkaian kegiatan selama enam bulan di empat lembaga penyelenggara program BIPA, yaitu Universitas Negeri Jakarta, Universitas Trisakti, Institut Pariwisata Trisakti, dan Lembaga Bahasa LIA.
Dari 134 peserta yang mendaftar, sebanyak 50 peserta dari 29 perwakilan negara sahabat mengikuti program ini hingga selesai, yakni peserta dari Kedutaan Besar Armenia, Belanda, Belarusia, Belgia, Bosnia, Cile, Tiongkok, Filipina, Hungaria, Iran, Kamboja, Kazakhstan, Kenya, Korea Selatan, Libia, Meksiko, Myanmar, Oman, Papua Nugini, Rusia, Somalia, Srilanka, Suriname, Thailand, Tunisia, Ukraina, Arab Saudi, Vietnam, Zimbabwe, dan 1 Organisasi Internasional, yaitu Islamic Development Bank (IsDB).
Seluruh peserta mengikuti pembelajaran BIPA selama enam bulan atau sebanyak 100 jam pembelajaran. Mereka tersebar di kelas BIPA level BIPA 1, BIPA 2, dan BIPA 3 sesuai dengan kompetensi berbahasa Indonesia masing-masing.
“Saya sudah belajar bahasa Indonesia selama enam bulan di program ini. Awalnya, saya mengira bahasa Indonesia itu mudah tetapi ternyata ada banyak kosakata yang membuat saya sulit mengingatnya. Tetapi saya berharap tahun depan saya dapat mengikuti program pembelajaran bahasa Indonesia lagi,” ucap Rutchanee Uerpairojkit, peserta program dari kedutaan besar Thailand.
Chaminda Karunasena, peserta program dari kedutaan besar Srilangka menyebut selama enam bulan belajar program bahasa Indonesia, jadi mengerti bahasa Indonesia. Sehingga membuatnya mudah berkomunikasi dengan warga lokal dan staf lokal di kedutaan.
"Warga lokal juga sangat senang ketika saya berbicara bahasa Indonesia. Harapan saya agar program ini dapat terus dilanjutkan,” ujar dia.
Baca juga: Diplomat hingga Duta Besar Negara Sahabat Bakal Ikut Program Belajar Bahasa Indonesia |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News