Dokter spesialis Anak, Andreas mengatakan jika memang PTM terbatas harus berlanjut, maka protokol kesehatan harus diperkuat. Kasus yang turun pada saat ini bukan berarti melonggarkan protokol kesehatan di sekolah.
"Apa lagi Ketersediaan fasilitas tes PCR di daerah belum sama banyaknya dengan di Jabodetabek. Ini harus hati-hati juga," kata Andreas dalam webinar Menghadapi Sekolah Tatap Muka, Sudah Siapkah?, Selasa, 28 September 2021.
Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah kesiapan satuan pendidikan. Sekolah tak cukup menerapkan menjaga jarak, memakai masker dan mencuci tangan.
"Dan kesiapannya juga bukan cuma soal wastafel atau ruang kelas. Tapi kesiapan mental guru-guru menghadapi anak yang ricuh dan tidak mengikuti protokol kesehatan. Siapkah gurunya?” ujar dia.
Baca: Nadiem Tak Ingin Sekolah yang Kesulitan Internet Dipaksakan PJJ
Tidak kalah penting, kata dia, sekolah juga harus memastikan semua sarana dan prasarana siap untuk kondisi darurat. Misalnya ketika tiba-tiba ada anak yang demam saat di sekolah.
"Di pihak orang tua, juga harus memastikan anak selalu mematuhi protokol kesehatan. Bagaimana pakai maskernya, harus benar-benar diajari jangan cuma menyuruh," tambahnya.
Menurutnya, saat PTM terbatas sudah efektif berjalan, orang tua harus tahu gejala infeksi virus korona pada anak. Orang tua harus bisa melakukan deteksi awal, melihat gejala covid-19 pada anak.
"Kasus covid-19 pada anak seringkali tidak langsung ketahuan seperti orang dewasa. Gejalanya ringan seperti tiba-tiba lemas, bahkan demamnya pun tidak terlalu tinggi. Ini yang perlu diperhatikan saat tatap muka nanti," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
