Pertempuran pertama setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia ini menjadi pertempuran terbesar dalam sejarah revolusi nasional. Sejumlah peristiwa perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan tersebut melahirkan banyak pahlawan.
Sobat Medcom pun pasti sudah mengenal beberapa nama pahlawan baik dari buku maupun saat belajar di sekolah. Nah, bicara tentang pahlawan, ternyata ada beberapa pahlawan Indonesia yang masih belum banyak dikenal. Untuk itu, kita simak yuk artikel yang dilansir dari laman Ruangguru berikut ini.
10 Pahlawan Indonesia yang Belum Banyak Dikenal:
1. Malahayati (Lahir di Kesultanan Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam)
Perempuan hebat ini merupakan cucu dari putra pendiri Kerajaan Aceh Darussalam yaitu Sultan Ibrahim Ali Mughyat Syah. Pada tahun 1585-1604, Malahayati menjadi Kepala Barisan Pengawal Istana Panglima Rahasia dan Panglima Protokol Pemerintah dari Sultan Saidil Mukammil Alauddin Riayat Syah IV.Kemudian, pada 11 September 1599, Malahayati memimpin sebanyak 2000 pasukan Inong Balee (janda-janda pahlawan yang telah syahid) untuk berperang melawan kapal-kapal serta benteng-benteng Belanda. Beliau juga membunuh Cornelis de Houtman dalam pertempuran satu lawan satu di geladak kapal.
Atas keberaniannya, Malahayati mendapat gelar Laksamana. Atas jasa-jasanya tersebut, pada tanggal 6 November 2017 lalu, Presiden Joko Widodo menganugerahi Gelar Pahlawan Nasional berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 115/TK/Tahun 2017.
2. Tan Malaka (Lahir di Minangkabau, Sumatra Barat)
Nama lengkapnya adalah Sutan Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka. Tan Malaka adalah sosok yang cerdas dan perhatiannya terhadap pendidikan kaum pribumi pun sangat tinggi.Tan Malaka sempat bersekolah dan belajar di Belanda. Setelah kembali ke Indonesia, Tan Malaka mendirikan Sekolah Rakyat di Semarang. Di setiap kurikulumnya, terdapat semangat melawan penindasan dan perjuangan untuk mendapatkan hak sebagai manusia dan warga negara.
Beliau sempat beberapa kali mengevaluasi kondisi dan situasi Republik Indonesia setelah adanya Perjanjian Linggarjati (1947) dan Renville (1948). Atas kecerdasan pemikirannya, Tan Malaka ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional melalui Keputusan Presiden RI No. 53, yang kemudian ditandatangani Presiden Soekarno pada 28 Maret 1963.
3. Dewi Sartika (Lahir di bandung, Jawa Barat)
Raden Dewi Sartika lahir dari keluarga ternama, sehingga sejak kecil, beliau sudah mendapatkan pendidikan dasar yang layak. Beliau merupakan pahlawan Indonesia yang bercita-cita mendirikan sekolah untuk kaum perempuan. Beliau merasa miris ketika melihat perempuan-perempuan pada saat itu buta aksara dan miskin ilmu pengetahuan. Berkat perjuangannya, akhirnya sekolah perempuan bernama Sekolah Isteri berhasil berdiri di Pendopo Kabupaten Bandung pada 16 Januari 1904.Kemudian sekolah ini direlokasi sekaligus berubah nama menjadi Sekolah Kaoetamaan Isteri tahun 1910. Sekolah ini kemudian terus berkembang dan tersebar di seluruh Jawa Barat. Pada tahun 1912 sudah berdiri 9 sekolah dan terus bertambah satu di setiap kota maupun kabupaten pada tahun 1920.
Selanjutnya sekolah itu berganti nama menjadi Sekolah Raden Dewi pada September 1929. Atas jasanya dalam memperjuangkan pendidikan, beliau diberi gelar penghargaan Orde van Oranje-Nassau (bintang emas) pada ulang tahun ke-35 Sekolah Kaoetamaan Isteri. Serta diakui sebagai pahlawan pada 1 Desember 1966.
4. Abdul Kadir (Lahir di Sintang, Kalimantan Barat)
Sejak muda, Abdul Kadir sudah mengabdi sebagai pegawai kerajaan Sintang dan ketika ayahnya wafat, beliau diangkat menjadi Kepala Pemerintahan Melawi. Kemudian, beliau berhasil mempersatukan suku Dayak dengan Melayu dan mengembangkan ekonomi daerah Melawi.Saat Belanda ingin memperluas wilayah kekuasaan di Melawi tahun 1820-an, Abdul Kadir segera membuat strategi peran ganda untuk menggagalkannya. Maksudnya, sebagai pejabat pemerintah Melawi, beliau tetap setia kepada Raja Sintang, secara otomatis juga harus setia pada pemerintah Belanda.
Akan tetapi, diam-diam Abdul Kadir mengumpulkan kekuatan rakyat untuk melawan Belanda dengan mendirikan kesatuan-kesatuan bersenjata di Melawi juga sekitarnya.
Pada akhirnya terjadi gangguan keamanan terhadap Belanda. Akhhirnya terjadi pertempuran antara pasukan Belanda dengan pasukan Abdul Kadir.
Kadir terus mengatur strategi perlawanan terhadap Belanda melalui berbagai informasi tentang rencana-rencana operasi militer pemerintah Belanda. Hingga di tahun 1999, ia dianugerahkan sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden Republik Indonesia Nomor 114/TK/Tahun 1999 tertanggal 13 Oktober 1999.
5. Sam Ratulangi (Lahir di Tondano, Sulawesi Utara)
Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi (Sam Ratulangi) adalah Gubernur pertama Sulawesi. Beliau juga orang Indonesia pertama yang menduduki jabatan guru di masanya.Sam Ratulangi pernah bersekolah di Jakarta, Belanda, dan Universitas Zurich, Swiss. Demi menaikkan taraf hidup rakyat Minahasa, ia berhasil menghapus kerja paksa (rodi), kemudian menyelenggarakan transmigrasi, juga mendirikan yayasan dana belajar.
Sam Ratulangi juga merupakan aktivis kemerdekaan yang sangat keras melawan penjajahan Belanda dan Jepang. Ia tidak ingin masyarakat Indonesia berada di bawah penguasaan penjajah.
Demi mempertahankan Republik Indonesia, Gubernur Ratulangi membentuk badan perjuangan rakyat bernama Pusat Keselamatan Rakyat. Pemerintah pun menetapkan Ratulangi sebagai Pahlawan Nasional dan tiga kali dianugerahkan gelar Anumerta.
6. Johannes Leimena (Lahir di Ambon, Maluku)
Leimena merupakan seorang dokter yang mendirikan Bandung Plan tahun 1951, setelah itu ditingkatkan menjadi Leimena Plan pada 1954. Karyanya ini kemudian menjadi cikal bakal Puskesmas (Pusat kesehatan masyarakat).Leimena juga termasuk salah satu tokoh yang mempersiapkan Kongres Sumpah Pemuda. Sejak saat itu, perhatiannya terhadap pergerakan nasional semakin berkembang.
Leimena kemudian menjadi Menteri Kesehatan terlama sepanjang 21 tahun dalam 18 kabinet yang berbeda. Dr. Johannes Leimena mendapat gelar Pahlawan Nasional melalui Keputusan Presiden No 52 TK/2010 pada tahun 2010.
7. Silas Papare (Lahir di Serui, Papua)
Silas Papare berjuang menyatukan Irian Jaya (Papua) ke dalam wilayah Indonesia. Silas Papare pernah dipenjara karena terus mempengaruhi Batalyon Papua untuk terus memberontak Belanda.Saat menjadi tahanan di Serui, ternyata beliau bertemu dengan Sam Ratulangi yang sedang diasingkan oleh Belanda. Pertemuan dengan Sam Ratulangi membuatnya menjadi semakin yakin jika Papua harus bebas.
Saat aktif dalam Front Nasional Pembebasan Irian Barat (FNPIB), beliau diminta Presiden Soekarno menjadi delegasi Indonesia di New York Agreement yang mengakhiri konflik antara Belanda dengan Indonesia perihal Irian Barat.
Namanya pun diabadikan pada salah satu Kapal Perang Korvet kelas Parchim TNI AL KRI Silas Papare dengan nomor lambung 386. Selain itu, didirikan pula Monumen Silas Papare di dekat pantai dan pelabuhan Laut Serui.
Di Jayapura, namanya diabadikan sebagai nama Sekolah Tinggi Ilmu Sosial Politik (STISIPOL) Silas Papare. Sedangkan di Kota Nabire, nama Silas Papare dikenang dalam wujud nama jalan.
8. Maria Walanda Maramis (Lahir di Minahasa Utara, Sulawesi Utara)
Maria Walanda Maramis memiliki nama lengkap Maria Josephine Catherina Walanda Maramis. Maria yang lahir di Minahasa Utara ini merupakan salah satu pahlawan emansipasi wanita. Maria dianggap sebagai sosok pendobrak adat dan pejuang wanita di dunia politik dan pendidikan.Meskipun jasa beliau belum banyak diketahui oleh orang Indonesia, namun tidak demikian dengan masyarakat Minahasa. Setiap tanggal 1 Desember (hari kelahiran Maria), masyarakat Minahasa memperingatinya sebagai hari ibu Maria Walanda Maramis.
9. Martha Christina Tiahahu (Lahir di Nusa Laut, Maluku)
Martha Christina Tiahahu merupakan salah satu pahlawan wanita yang ikut mengangkat bambu runcing dan terlibat dalam perang Indonesia. Martha terlibat dalam perang Pattimura yang berlangsung pada tahun 1817.Martha Christina Tiahahu dikenal sebagai gadis yang pemberani, tangguh, dan berani mengambil resiko. Atas perjuangannya, masyarakat Ambon membuat monumen sebagai simbol penghargaan untuk Martha.
10. Frans Kaisiepo (Lahir di Biak, Papua)
Terakhir, yaitu pahlawan yang ilustrasi wajahnya dikenang dalam lembaran uang sepuluh ribu rupiah, yakni Frans Kaisiepo. Frans adalah salah satu pahlawan yang berjuang mempertahankan persatuan dan kesatuan Indonesia.Frans mengikuti kursus Pamong Praja di Jayapura yang salah satu pengajarnya adalah Soegoro Atmoprasodjo, yang merupakan mantan guru Taman Siswa. Sejak bertemu dengannya, jiwa kebangsaan Frans Kaisiepo semakin tumbuh dan kian bersemangat untuk mempersatukan wilayah Irian ke dalam NKRI.
Setelah berhasil melawan penjajah, Frans Kaisiepo menjabat sebagai gubernur di Irian Barat hingga tahun 1973. Itu dia sepuluh nama pahlawan nasional yang belum banyak dipublikasikan.
Baca juga: Hari Pahlawan, Kemendikbudristek: Anak Bangsa Wajib Jaga Keutuhan Bangsa |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id