“Pengalaman mengajar bahasa Bali di University of Wisconsin ini tidak hanya mengasah kemampuan mengajar saya, tetapi juga membuka mata terhadap keanekaragaman budaya dan bahasa di dunia,” kata Ketut Edy dikutip dari laman Vokasi Kemdikbud, Senin, 8 April 2024.
Dia tidak hanya berbagi pengetahuan tentang bahasa dan budaya Indonesia. Tetapi juga belajar banyak dari interaksi dengan mahasiswa dan staf.
“Saya berharap, melalui pengalaman ini, dapat terus berkontribusi dalam memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia, khususnya Bali kepada dunia,” tutur dia.
Kesempatan mengajar bahasa Bali di University of Wisconsin tidak lepas dari program Southeast Asian Studies Summer Institute (SEASSI) yang pernah ia ikuti pada 2012. SEASSI merupakan program intensif di University of Wisconsin Madison yang menawarkan lingkungan belajar ideal bagi mereka yang tertarik pada studi Asia Tenggara.
“Awalnya, saya sebenarnya diperkenalkan dengan SEASSI oleh Dr. Amelia, teman dari Australian Indonesian Youth Exchange Program (AIYEP) '98, di sebuah reuni kecil di Bali. Dari sana kesempatan untuk mengajar bahasa dan budaya Indonesia terbuka,” kata Ketut Edy.
Pengalaman mengajarkan bahasa Bali dan budaya Indonesia di depan mahasiswa internasional sebenarnya bukan kali pertama. Sebelumnya, Ketut Edy juga sempat mengajar bahasa Indonesia kepada mahasiswa Jerman.
“Jadi, tugas mengajar bahasa Bali bukanlah hal baru bagiku. Sebelumnya, saya telah mengajar bahasa Indonesia kepada mahasiswa magang dari Jerman secara freelance serta mahasiswa Darmasiswa. Permintaan dari University of Wisconsin untuk mengajar bahasa Bali merupakan tantangan baru yang saya terima dengan senang hati,” ujar Ketut Edy.
Di University of Wisconsin, Ketut Edy disambut dengan orientasi dan perkenalan dengan guru dan mahasiswa. Selama dua bulan di University of Wisconsin, ia juga terlibat dalam berbagai aktivitas tidak hanya fokus pada pembelajaran formal.
Dia terlibat mulai dari pembuatan bahan ajar mandiri hingga tantangan mengajar bahasa Bali sebagai bahasa pengantar. Tetapi juga menggelar berbagai kegiatan ekstrakurikuler untuk memperkenalkan budaya Indonesia dan Bali kepada mahasiswa.
“Saya juga turut mengajar bahasa Indonesia di sana,” tutur Ketut Edy.
Salah satu kegiatan ekstrakurikuler adalah membuat drama yang melibatkan tiga bahasa, yakni Indonesia, Bali, dan Jawa. Momen puncak ketika Ketut Edy dan murid serta guru menyanyikan lagu-lagu tradisional, seperti "Jangi Janger" dari Bali dan "Bengawan Solo" dari Jawa, dan lain-lain.
“Melalui lagu-lagu ini, kami merasakan kekayaan budaya yang luar biasa dari Indonesia sehingga memberikan pengalaman lebih dalam tentang keberagaman budaya Indonesia,” ujar Ketut Edy.
Baca juga: Bahasa Indonesia Semakin Mendunia, Tersebar di 54 Negara |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News