Kapal Pencalang revitalisasi PPNS> DOK Vokasi Kemdikbud
Kapal Pencalang revitalisasi PPNS> DOK Vokasi Kemdikbud

Sejarah Kapal Pencalang: dari Memata-matai Musuh hingga Berdagang

Renatha Swasty • 23 Maret 2023 19:13
Jakarta: Kapal tradisional menjadi alat transportasi sekaligus berdagang yang dibuat dengan cara manual. Sebagai negara maritim, Indonesia mempunyai desain kapal yang memiliki kekhasan dan mencirikan daerah masing-masing.
 
Teknologi pembuatan kapalnya diwariskan turun-temurun sejak zaman nenek moyang. Umumnya, kapal tradisional ini terbuat dari kayu dan digerakkan dengan tenaga manusia (dayung) atau tenaga angin (layar).
 
Kemasyhuran kapal-kapal nusantara sudah dikenal luas hingga mancanegara, di antaranya seperti Pinisi, Sandeq, hingga Pencalang. Kapal-kapal tersebut dikenal ketangguhannya dalam mengarungi samudra dan meramaikan jalur pelayaran nusantara hingga ke lintas benua. Salah satunya, Kapal Pencalang.

Nah, yuk kita kenalan lebih jauh dengan Kapal Pencalang dikutip dari laman Vokasi Kemdikbud:
 
Pencalang adalah nama kapal yang juga dikenal sebagai pantchiallang atau pantjalang. Kapal ini merupakan sebuah kapal dagang tradisional khas yang pada masa lalu banyak digunakan oleh pelayar nusantara.
 
Pencalang berasal dari bahasa Melayu yang kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia dan berarti mengintai, mengintip, atau memata-matai. Mulanya Kapal Pencalang digunakan oleh orang-orang Riau dan Semenanjung Melayu.
 
Namun, dalam perkembangannya, kapal ini kemudian banyak ditiru oleh pembuat kapal di daerah lain. Alhasil kapal ini hampir ditemukan di seluruh kepulauan di nusantara.
 
Merujuk pada catatan sejarah, Kapal Pencalang telah tertulis dalam Hikayat Raja Banjar. Pencalang menjadi salah satu harta kekayaan yang dimiliki Saudagar Mangkubumi.
 
Selain itu, dalam relief Candi Borobudur terdapat ilustrasi kapal yang ciri-cirinya merujuk pada Kapal Pencalang. Berangkat dari sumber sejarah ini, cukup mendukung Kapal Pencalang merupakan bukti kekayaan intelektual penguasaan teknologi di masa lampau.
 
Dulunya, kapal ini digunakan untuk menangkap, menampung, hingga mengawetkan ikan. Kapal tersebut kemudian beralih fungsi untuk berdagang dan beralih fungsi lagi untuk mengintai, meskipun dalam praktiknya kegiatan mengintai tersebut tetap dibalut dengan kegiatan berdagang.  
 
Saat ini, perkembangan Kapal Pencalang tidak sejaya di masa lampau. Terdapat faktor-faktor yang menjadi penyebabnya, salah satunya kolonialisme, di mana pada saat penjajahan kolonial, warga pribumi dilarang membuat kapal-kapal besar.
 
Pada saat itu, VOC juga melarang galangan kapal membuat kapal dengan tonase melebihi 50 ton dan menempatkan pengawas di masing-masing kota pelabuhan. Hingga saat ini, peradaban Kapal Pencalang dan perjalanannya dalam membawa komoditas nusantara dan memata-matai musuh hanya tersisa menjadi sejarah hingga akhirnya program revitalisasi Kapal Pencalang digagas kembali dan direalisasikan oleh Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS).
 
PPNS berhasil merampungkan pembangunan Kapal Pencalang melalui program dana padanan atau Matching Fund Vokasi. Kapal yang diberi nama “Putra Sunan Drajat” tersebut berhasil memadukan teknologi kapal kayu tradisional dengan teknologi kapal modern.
 
Kapal Pencalang “Putra Sunan Drajat” tersebut diresmikan oleh Direktur Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kemendikbudristek pada Senin, 13 Maret 2023.
 
Baca juga: Dua Kapal Bikinan SMKN 3 Buduran dan Politeknik Perkapalan Surabaya Resmi Melaut

 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan