Peluang pasar ini dimanfaatkan para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah atau UMKM. Namun, mayoritas mereka masih menggunakan panci presto yang manual yang tentu saja berpengaruh terhadap hasil makanan yang diolah.
Karena itulah, tim Fakultas Teknik (FT) Unesa yang terdiri dari dosen dan mahasiswa membuat mesin presto yang otomatis yang diklaim lebih efektif dan efisien. Ketua tim inovasi, Bellina Yunitasari, S.Si., M.Si., mengatakan, mesin buatan mereka dilengkapi pengaturan waktu, tekanan hingga suhu.
“Ini membuat proses memasak lebih efektif tanpa perlu kekhawatiran makanan menjadi hancur. Kan gak gampang ya presto itu, kalau gak otomatis, setiap kali presto kadang hasilnya enggak sama, kadang terlalu kematangan. Ini dikelukan banyak UMKM di Sidoarjo,” ujarnya dilansir dari laman Unesa, Senin, 1 Mei 2023.
Dia menegaskan, inovasi produk tersebut hadir dalam skema program Kedaireka, Kemendikbudristek. Dengan kata lain, ini merupakan hasil kerja sama Tim FT dengan dunia usaha dan industri dalam hal ini CV. Cipta Perdana Teknologi.
Mesin presto otomatis ini, kata Bellina, sudah diproduksi sebanyak enam unit dengan masing-masing dua unit yang memiliki tiga ketinggian yang berbeda, yaitu 30, 40, dan 50 cm. Bahkan kapasitas mesin ini juga dapat menampung hingga 10 kilogram bahan dalam sekali masak.
Dosen kelahiran Jombang itu mengungkapkan, pemilihan temperatur yang tidak melebihi 100 derajat karena uap yang dihasilkan dari air mendidih akan menyebabkan kenaikan tekanan pada panci presto. Tekanan dalam panci presto juga dapat diatur hingga 1,5 bar sehingga tingkat kematangan olahan bisa diatur.
“Kalau tekanan dan waktu sudah diatur jadi lebih praktis, sehingga rasa dan nutrisi dari bahan makanan yang dipresto juga akan lebih terjaga serta tidak ada lagi namanya terlalu kematangan,” terangnya.
Tim inovasi lainnya, Agung Prijo Budijono, S.T., M.T., menambahkan untuk tekanan dalam panci apabila kurang, dapat ditambahkan udara dari luar, sehingga pengguna tidak perlu mengatur secara manual dan lebih hemat waktu.
“Tentu kita filter dulu udaranya sekitar 95 persen untuk membunuh kuman-kuman sebelum masuk ke panci. Proses atau teknik ini sekaligus membuat presto yang dihasilkan lebih higienis,” tandasnya.
Ada beberapa kendala yang dialami tim saat pembuatan mesin yang memakan waktu dua bulan itu, di antaranya susah mendapatkan sistem hidrolik untuk menghasilkan dum atau tekukan yang tepat untuk tutup alatnya.
“Pengkondisian pengemasan juga menjadi perhatian khusus, tapi semua kendala sudah teratasi semua. Mesin ini sudah digunakan UMKM ya. Ke depannya kita terus lakukan pengembangan, seperti penambahan fitur yang sekiranya dibutuhkan,” tutupnya.
Mesin presto otomatis ini merupakan karya Bagas Wildan, Andrew Farrel A, Devano Indata, Muh. Farhan Hidayat, dan Baihaqi Bintang Parikesit. Mereka dibimbing oleh Bellina Yunitasari, S.Si., M.Si. dan Agung Prijo Budijono, S.T., M.T., Selain itu juga melibatkan, Fendi Achmad, S.Pd., M.Pd., Dr. Yunus, M.Pd., dan Ita Fakhtur Romadhoni, S.Pd., M.Pd.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Baca juga: Campuran Serat Sabut Kelapa dan Beton untuk Pengeras Jalan Pedesaan |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News