Narudin mengatakan buku yang diterbitkan UPI Press, Bandung, ini merupakan sumbangan pemikirannya bagi perkembangan teori yang dicetuskan oleh ilmuwan di dalam negeri. "Ke depan, kita tidak lagi bergantung pada teori pemikiran dari luar negeri saja," kata dia, Selasa, 1 November 2022.
Narudin berharap bukunya bisa menyumbangkan dan memperkaya pemikiran para semiotikus dari dalam maupun luar negeri. Buku tersebut juga diharapkan bisa dipakai untuk penelitian atau kritik sastra yang orisinal.
"Semiotika Dialektis atau Sintesemiotik merupakan sintesis terhadap pelbagai teori semiotika sebelumnya," kata dia.
Dalam kajiannya, Narudin membagi dua kategori sintetis semiotik. Pertama, sintesis semiotik terhadap “trikotomi analisis semiotik” Morris, Zoest, Zaimar, dan Sumiyadi. Dan kedua, sintesis semiotik terhadap semiotika Roman Jakobson, Michael Riffaterre, Charles Sanders Peirce, dan Aart van Zoest yang memiliki kedekatan teoretis.
Dibedah Badan Bahasa
Buku Semiotika Dialektis ini dibedah Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dalam rangkaian Bulan Bahasa 2022. Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Prof Aminudin Aziz, mengapresiasi menerbitan buku ini."Keajekan menulis ini penting dan tidak semua orang dapat melakukannya. Jadi, saya apresiasi," kata dia.
Aminudin mengatakan bedah buku ini menjadi ajang untuk mengulas dan memperdalam, bukan sebagai forum pengadilan terhadap karya seseorang. Nantinya, masyarakat sebagai pembaca yang akan menjadi penilainya.
Baca: Kemendikbudristek Sukses Gelar Puncak Bulan Bahasa dan Sastra 2022
Hadir sebagai pembedah adalah Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Tommy Christomy; dan dosen Universitas Negeri Jakarta, Saifur Rohman. Tommy menjelaskan semiotika sangat dibutuhkan baik untuk merekonstruksi maupun mendekonstruksi sejumlah kasus yang mendapat perhatian publik, tak hanya karya sastra.
Saifur Rohman menyebutkan buku karya Narudin ini hadir di tengah kelangkaan teori semiotik yang ringkas. "Buku ini memberikan kesempatan bagi pembaca untuk memahami satu per satu tokoh-tokoh semiotika," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News