"Kurikulum baru yang sedang kami rancang, sedang kami uji coba sekarang, itu ada 20 sampai 30 persen porsi waktu yang didedikasikan untuk project based learning, untuk pembelajaran berorientasi proyek, berorientasi problem perubahan iklim," kata Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Kemendikbudristek, Anindito Aditomo dalam Webinar Ngobrol Bareng Mas Menteri: Aspirasi Anak Muda Soal Pendidikan Iklim, Rabu, 17 November 2021.
Pria yang akrab disapa Nino itu menyebut tema perubahan iklim nantinya bisa dimulai pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Misalnya di jenjang SD, kata dia, akan ada bab pelajaran yang membahas energi, ancaman kenaikan suhu global.
"Siswa diminta untuk bekerja dalam kelompok untuk menangani isu atau problem-problem nyata di sekitar dia, di lingkungan sekolah, lingkungan rumah, atau lingkungan kampungnya. Ini contohnya salah satu proyect itu yang kami sediakan di Kemendikbudristek. Jadi Kemendikbudristek menyediakan contoh proyect-proyect yang bisa diterapkan di sekolah," kata dia.
Nino pun memberi contoh pembelajaran terkait perubahan iklim di tingkat SMA. Pada jenjang tersebut, para pelajar akan dikenalkan terkait dampak penggunaan energi.
"Jadi sudah memperkenalkan konsep tentang jejak karbon. Ini ingin menggambarkan bahwa tema yang sama tentang dampak dari pilihan konsumsi kita itu sebenarnya menimbulkan jejak karbon dan ada implikasinya kepada kelestarian lingkungan," tuturnya.
Baca juga: Program Magang Upaya Sesuaikan Kompetensi Lulusan dengan Kebutuhan Industri
Lebih lanjut, dia mengapresiasi pelajar dan anak muda yang telah ikut memikirkan isu krisis iklim tersebut secara komprehensif. Penanganan perubahan iklim pun kata dia menjadi nilai dasar dari membentuk profil pelajar pancasila.
"Salah satu yang dilakukan Kemendikbudristek mengintegrasikan kurikulum iklim dari nilai yang paling dasar yaitu pelajar pancasila, dari semua jenjang harus memikirkan pengalaman belajar seperti apa, mulai dari iman takwa akhlak mulai nalar kritis dan kemandirian. Kami pun mengundang masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam penyusunan kurikulum iklim yang kelak akan diterapkan secara nasional," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News