Dilansir dari ugm.ac.id, Fakultas Pertanian UGM berdiri pada 27 September 1946, tiga tahun sebelum UGM resmi didirikan. Fakultas ini awalnya terbentuk dari gabungan antara Perguruan Tinggi Pertanian Klaten dan Akademi Pertanian Yogyakarta.
Fakultas Pertanian UGM telah memberikan banyak sumbangsih khususnya dalam menjaga ketahanan pangan melalui penelitian, inovasi, dan karya nyata untuk menjawab tantangan masalah global di tengah persoalan meningkat kebutuhan pangan akibat pertambahan jumlah penduduk, berkurangnya lahan pertanian, dan mitigasi dampak perubahan iklim.
“Fakultas Pertanian akan terus berkomitmen menyiapkan dan menghasilkan SDM unggul di bidang pertanian untuk pengembangan kebijakan dan teknologi berorientasi pemecahan masalah,” kata Dekan Pertanian UGM, Jaka Widada, dikutip dari laman ugm.ac.id, Selasa, 14 Mei 2024.
Jaka menyebut alumni Fakultas Pertanian telah banyak berkiprah baik sebagai aparatur sipil negara (ASN) yang tersebar di berbagai kementerian, lembaga pemerintah, hingga perusahaan BUMN dan swasta serta di berbagai organisasi perangkat daerah tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.
Alumni Fakultas Pertanian juga banyak bekerja sebagai asisten peneliti baik di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) maupun pada berbagai lembaga penelitian lain yang membidangi bidang pertanian dan perikanan.
“Bahkan alumni Fakultas Pertanian ada juga yang bekerja di sektor jurnalistik dan penyiaran, karena kami memiliki prodi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian (PKP),” ujar dia.
Tidak sedikit juga alumni memutuskan berwirausaha dan saat ini telah sukses membangun usaha di berbagai bidang seperti perkebunan kelapa sawit, kakao, kopi, hortikultura, beras organik, dan tambak udang.
Jaka menyebut Fakultas Pertanian memiliki sembilan prodi, yakni Agronomi, Proteksi Tanaman, Mikrobiologi Pertanian, Ekonomi Pertanian dan Agribisnis, Penyuluhan Komunikasi Pertanian (PKP), Ilmu Tanah, Akuakultur, Manajemen Sumber Daya Akuatik, dan Teknologi Hasil Perikanan.
Prodi Ekonomi Pertanian dan Agribisnis menarik jumlah peminat terbesar yaitu 1.643 calon mahasiswa dengan daya tampung 90. “Artinya rerata hanya satu pendaftar yang diterima dari 18 orang pendaftar,” ujar Jaka.
Fakultas Pertanian juga rutin melakukan akreditasi program studi untuk mendukung kualitas pendidikan akademik semakin berkualitas. Terdapat tiga prodi yang telah mendapatkan akreditasi Unggul dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT).
Selain itu, semua prodi kecuali Mikrobiologi Pertanian sudah terakreditasi penuh oleh lembaga internasional ASIIN Jerman.
Jaka menuturkan program pertukaran dosen dan mahasiswa terus didorong untuk meningkatkan program internasionalisasi Fakultas Pertanian ke tingkat global. Selain rutin mendatangkan dosen asing untuk menyampaikan kuliah umum, upaya internasionalisasi dilakukan dengan aktivitas pertukaran mahasiswa ke luar negeri.
“Di tahun 2023 lalu, kami mengirimkan mahasiswa ke Gyeongsang National University, Ibaraki University, dan Tokyo University of Agriculture and Technology,” kata Jaka.
Beberapa mahasiswa juga mengikuti pertukaran melalui Program IISMA di tahun yang sama ke University of Rome Italy dan Sookmyung Women’s University of South Korea. Ia berharap proses internasionalisasi di Fakultas Pertanian semakin terbangun di masa mendatang.
Saat ini, pihaknya tengah menginisiasi kerja sama dengan Flinders University, Australia, untuk pembukaan program Dual Degree dan program 3+1+1 (program Fast Track + Dual Degree). Mahasiswa yang memenuhi persyaratan memiliki kesempatan untuk mendapatkan tiga gelar dalam lima tahun, yaitu gelar Sarjana, Master dalam negeri, dan Master of Business Administration (MBA) dari Flinders University.
Dicky Eka Setyawan, Mahasiswa Berprestasi Fakultas Pertanian 2024, mengungkapkan alasannya memilih kuliah di Fakultas Pertanian UGM. Dia memiliki keinginan membantu menyelesaikan masalah yang ada di sekitar petani sehingga memilih Prodi Proteksi Tanaman.
“Hama dan patogen pada tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan itu terus berkembang. Dibutuhkan manajemen kesehatan tanaman yang tepat tanpa merusak keseimbangan ekosistem agar produksinya tidak terganggu. Karenanya saya tertarik belajar itu untuk mengedukasi petani,” ujar dia.
Mahasiswa program Fast Track angkatan 2020 ini berharap bisa bekerja di perusahaan perkebunan, perbenihan, ataupun perusahaan agrokimia sebagai RnD setelah lulus.
Sementara itu, Irene Raynitha Murdiki, mahasiswa Fast Track Prodi Teknologi Hasil Perikanan (THP) angkatan 2020 mengaku selama menjalani perkuliahan mendapatkan banyak wawasan. Ini bisa menjadi penunjang ketika harus bekerja dan terjun ke masyarakat kelak.
“Sebetulnya agak kaget di awal kuliah karena yang dipelajari tidak hanya tentang pengolahan hasil perikanan dan bagaimana mengolah limbah-limbah organiknya, tapi seru juga karena kita bisa tahu banyak,” ujar mahasiswa yang bercita-cita bergabung di Kementerian Kelautan dan Perikanan itu.
Menurut Irene, selain mempelajari teknologi pangan, mahasiswa Prodi THP juga akan dibekali ilmu terkait teknik mesin untuk belajar teknologi refrigerasi pada penanganan ikan, ilmu arsitektur untuk membuat maket industri, hingga ilmu gizi dan kesehatan untuk menciptakan produk olahan berbasis perikanan.
| Baca juga: Pertama di Asia, UGM Buka Prodi Profesi Kurator Keanekaragaman Hayati |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id