Ilustrasi: MI/Barry Fatahillah
Ilustrasi: MI/Barry Fatahillah

Biaya Sekolah Picu Inflasi: Anggaran Pendidikan Salah Sasaran

Citra Larasati • 03 September 2024 13:06
Jakarta:  Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut, biaya pendidikan jadi penyumbang utama inflasi Agustus 2024. Kabar ini disiarkan oleh Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam konferensi pers kemarin di Jakarta. 
 
Tren inflasi tertinggi terjadi pada biaya sekolah dasar yang sebesar 1,59 persen, diikuti oleh biaya sekolah menengah pertama sebesar 0,78 persen, biaya akademi/perguruan tinggi 0,46 persen, serta biaya sekolah menengah atas 0,36 persen.
 
Kasus di Jakarta misalnya menunjukkan, ternyata banyak lembaga pendidikan, khususnya sekolah dasar di daerah ini menaikkan iuran sekolah sehingga memicu inflasi pada Agustus 2024. Dilihat dari kelompok pendidikan, komoditas utama penyebab inflasi pada Agustus 2024 adalah biaya iuran SD dan SMP.

Hal senada juga terjadi di Jawa Timur. Pada Juli 2024 inflasi mencapai 2,13 persen, dengan penghitungan pengeluaran terbesar di biaya pendidikan
 
“Ini kenyataan aneh. Bagaimana bisa, pendidikan dasar yang mestinya wajib dibiayai dan ditanggung oleh pemerintah kok malah jadi penyumbang inflasi terbesar. Tarif biaya sekolah yang terus meroket ini menunjukkan bahwa pemerintah belum melaksanakan amanah konstitusional pasal 31 UUD 1945 soal kewajiban pemerintah dalam pembiayaan pendidikan bagi setiap warga negara,” kata Ubaid Matraji Kornas Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), Selasa, 3 September 2024.
 
Pendidikan di Indonesia ternyata masih saja jadi barang mewah yang mahal. Berdasarkan data survei HSBC pada 2018, Indoesia termasuk dalam 15 besar negara dengan biaya pendidikan termahal di dunia.
 
Rata-rata nasional, dari jenjang SD sampai Sarjana, membutuhkan biaya sejumlah US$18.422 atau sekitar Rp287 juta. Jumlah biaya ini tergolong lebih tinggi dari negara Perancis yang mencapai 17.708 atau sekitar Rp260 juta. 
 
Menurut Ubaid, karena biaya pendidikan dasar yang masih tinggi, maka masih ditemukan jutaan anak-anak tidak bisa sekolah. Hal ini jelas berdampak pada keberlanjutan anak untuk ke jenjang sekolah yang lebih tinggi lagi.
 
"Puncak kesenjangan dan ketimpangan akan kian terlihat nyata di jenjang pendidikan tinggi,” kata Ubaid. Berdasarkan hasil Survei Sosiekonomi Nasional (Susenas) 2023 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa hanya 10,15 persen penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas yang mengenyam pendidikan tinggi.
 
Baca juga:  Belum Bayar Biaya Pendidikan, Banyak Ijazah Siswa DKI Ditahan Sekolah

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan